Hasil PeriksaFakta Renanda Dwina Putri (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas PendidikanIndonesia).

Informasi yang salah. Faktanya, tidak ada pernyataan resmi dari pemerintah Rusia mengenai hal tersebut dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, salah satu putrinya merasa sehat setelah diujicobakan vaksin COVID-19 pada dirinya.

Selengkapnyadi bagian penjelasan.

====

Kategori:Konten yang Menyesatkan

====

Sumber: Portal berita Toronto Today

https://archive.fo/zv9Pr

====

Narasi:

“August15, 2020

Moscow,Russia

VladimirPutin’s daughter suffered unexpected side effects to the experimental RussianCOVID vaccine, and has passed away in Moscow. The Kremlin has yet to make astatement on her death. A source within Russia’s inner circle stated thatPutin’s daughter – Katerina Tikhonova – suffered a rise in temperature shortlyafter her second injection, and then suffered a seizure. Doctors were not ableto reverse the side-effects of the vaccine, and she was pronounced dead lateyesterday evening.” […] (narasi dan terjemahan lebih lengkapnya setelahbagian Referensi).

“15 Agustus2020

Moskow,Rusia

PutriVladimir Putin menderita efek samping yang tak terduga pada vaksin COVIDeksperimental Rusia, dan meninggal di Moskow. Kremlin belum membuat pernyataantentang kematiannya. Sebuah sumber dalam lingkaran dalam Rusia menyatakan bahwaputri Putin – Katerina Tikhonova – mengalami kenaikan suhu tubuh tak lamasetelah suntikan kedua, dan kemudian mengalami kejang. Dokter tidak dapatmembalikkan efek samping dari vaksin tersebut, dan dia dinyatakan meninggalkemarin malam.”

====

Penjelasan:

Portalberita Toronto Today menuliskan berita yang berjudul “Vladimir Putin’s daughterDIES after second dose of COVID vaccine” pada 15 Agustus 2020. Dalam beritatersebut, disebutkan bahwa putri Presiden Vladimir Putin menderita efek sampingyang tak terduga pada vaksin COVID eksperimental Rusia dan meninggal di Moskow.Sebuah sumber yang tidak diketahui yang dikutip dalam berita itu menyebutkanputri Presiden Putin, Katerina Tikhonova, mengalami kenaikan suhu tubuh taklama setelah suntikan kedua, kemudian mengalami kejang, dan dinyatakanmeninggal pada Jumat malam kemarin.

Berdasarkanhasil penelusuran, informasi tersebut tidak benar. Dikutip dari Tass, sebuahagensi berita Rusia, menyebutkan salah satu putri Presiden Putin yang tidakdisebutkan namanya telah diujicobakan vaksin COVID-19 pada dirinya dan keadaanyabaik-baik saja.

“Sayatahu betul, karena salah satu putri saya divaksinasi, jadi dalam hal ini, diaikut serta dalam tes,” kata Putin.

Iamenambahkan bahwa setelah suntikan vaksin pertama, putrinya mengalami demam 38° C, dan pada hari berikutnya, demamnya sedikit lebih tinggi dari 37 ° C.

“Dankemudian, setelah suntikan kedua, dia sedikit demam lagi, dan kemudian semuanyabaik-baik saja, dia merasa sehat dan memiliki jumlah [antibodi] yangtinggi,” ujarnya.

Dengandemikian, berita yang ditulis oleh portal berita Toronto Today dapatdikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan. Hal ini dikarenakan salah satuputri Presiden Vladimir Putin tidak meninggal setelah diujicobakan vaksinCOVID-19.

====

Referensi:

https://tass.com/society/1188135

https://www.oneindia.com/india/fake-putins-daughter-did-not-die-after-taking-covid-19-vaccine-3136305.html

====

Narasi danTerjemahan Lengkapnya:

“TheRussian vaccine is named Sputnik V, after the first artificial satellite,launched into space by the Russians in 1957. It is also noteworthy that Sputnikis the name of Russia’s International News Station, which has been accused ofbeing a propaganda wing of the Kremlin.

Prior toKaterina’s death, Russian Doctor Sergei Tsarenko stated that releasing thevaccine early was the better out of 2 options. In his opinion, it was betterjust to move ahead, as opposed to letting people die.

However,Western doctors were fearful of Russia bypassing stage 3 trials and rushing thedrug to market, warning it could have devastating effects.

Abram L.Wagner, Professor of epidemiology at the University of Michigan had this to sayon a rushed COVID-19 vaccine.

Although itwould be wonderful to get a vaccine into the population quickly, there could besubstantial downsides if researchers and manufacturers cut corners. Imagine avaccine that often had serious side effects that weren’t caught in small trialsbefore it was widely administered.

Source:https://www.pbs.org/newshour/health/russia-is-cutting-corners-on-covid-19-vaccine-clinical-trials-heres-why-they-matter

Now itappears, Katerina Tikhonova is the first official fatality of the RussianCOVID-19 vaccine. Proving that Sputnik V was not safe, and skipping stage 3trials was a misguided move on the Kremlin’s part.

The Kremlinis known to spread disinformation, so it is likely it will lie about Putin’sdaughter’s death, or else blame her death on something other than thevaccine.”

“VaksinRusia diberi nama Sputnik V, diambil dari nama satelit buatan pertama yangdiluncurkan ke luar angkasa oleh Rusia pada tahun 1957. Perlu juga dicatatbahwa Sputnik adalah nama Stasiun Berita Internasional Rusia, yang telahdituduh sebagai sayap propaganda Kremlin.

Sebelumkematian Katerina, Dokter Rusia Sergei Tsarenko menyatakan bahwa merilis vaksinlebih awal adalah yang lebih baik dari 2 opsi. Menurutnya, lebih baik terusmaju daripada membiarkan orang mati.

Namun,dokter Barat takut Rusia melewati uji coba tahap 3 dan membawa obat itu kepasar, memperingatkan itu bisa memiliki efek yang menghancurkan.

Abram L.Wagner, Profesor epidemiologi di Universitas Michigan mengatakan hal initentang vaksin COVID-19 yang terburu-buru.

Meskipunakan sangat bagus untuk memberikan vaksin ke populasi dengan cepat, mungkin adakerugian substansial jika peneliti dan produsen mengambil jalan pintas.Bayangkan sebuah vaksin yang seringkali memiliki efek samping serius yang tidakditemukan dalam uji coba kecil sebelum digunakan secara luas.

Sumber:https://www.pbs.org/newshour/health/russia-is-cutting-corners-on-covid-19-vaccine-clinical-trials-heres-why-they-matter

Sekarangtampaknya, Katerina Tikhonova adalah kematian resmi pertama dari vaksinCOVID-19 Rusia. Membuktikan bahwa Sputnik V tidak aman, dan melewatkan uji cobatahap 3 adalah langkah yang salah arah di pihak Kremlin.

Kremlin diketahui menyebarkan disinformasi, jadi kemungkinan besar berbohong tentang kematian putri Putin, atau menyalahkan kematiannya pada hal lain selain vaksin.”