Hoaks lama beredar kembali dan dikaitkan dengan wabah virus Corona COVID-19. Klaim tersebut berasal dari teori liar yang dihembuskan oleh para pecinta teori konspirasi, kemudian berkembang dengan menghubungkannya dengan agama (menambahkan angka 666). Teknologi chip RFID pun tidak terkait dengan gerakan Illuminati atau anti-Kristen karena sejak lama telah digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari militer, pertanian, medis, hingga komunikasi dan informasi.

Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI
=============================================
Kategori : Konten yang Menyesatkan
=============================================

Akun Eyda Ed (fb.com/eyda.ed) mengunggah sebuah postingan yang berisi klaim sebagai berikut:

“Jangan main2 lagi menteri kesehatan America sdh menanda tangani persetujuan penggunaan chip 666

Sekarang dg virus Corona.
Memasuki tahun 2020. Percepatan New world order.
One system government,one religion,one Financial system.
Virus covid 19.
Lock down.
Semua orang mau pergi wajib isi formulir.
Supaya terdata.
Semua orang wajib discan dahi suhu tubuh .agar terbiasa dg kehidupan digital scan.
Semua orang masuk mall,gereja,rumah sakit, gedung pemerintahan,pabrik wajib scan dahi ,tubuh.
Latihan utk terbiasa di scan. Menjadi gaya hidup.
Ada covid 19 semua orang dibikin takut mati, diteror.
Solusinya scan dahi mu.
Jadi tanpa sadar strategi sangat hebat utk mengiring semua orang menerima sistem 666 tanpa sadar . Ini solusinya. Ketika kasus covid 19 selesai. Masyarakat sudah diedukasi gaya hidup scan dahi. Masyarakat sdh bisa menerima.
Cara edukasi terbaik utk menyambut sistem 666.
Alkitab sudah menubuatkannya ribuan Tahun. Sekarang pengenapannya.
Dari sini kita BS pelajari pola menuju one system society.
Hidup anda sdg terikat semua. Data anda sudah terekam di komputer sistem.
Covid 19 bikin orang ketakutan. Solusi semua orang didata kesehatan nya . Data semua orang direkam ke sistem.
Uang kertas ada kumannya. Manusia digiring ke sistem digital .
Ibadah di gereja,masjid,pura,vihara. Awas tertular. Semua digiring ke sistem digital. Edukasi digital solution.
Sekolah diliburkan.
Edukasi belajar online. Edukasi anak2 system’ digital. Digital children society.
Pekerja,buruh,pejabat pemerintah.
Kerja sistem based digital online. Edukasi persiapan masuk ke sistem 666.
Ketika kasus covid 19 sudah selesai. Masyarakat sdh teredukasi dan siap menerima sistem baru. Semua orang terdata , terkontrol.
You cannot run.”

Selengkapnya di http://archive.md/iFsrB (Arsip)

=============================================

PENJELASAN

Berdasarkan hasil penelusuran, klaim terkait adanya Chip RFID 666 ini merupakan klaim yang sudah lama beredar dan dinyatakan sebagai klaim yang salah. Saat ini, klaim tersebut kembali diedarkan dan dikaitkan dengan wabah virus Corona COVID-19.

Pada tahun 2014, rumor chip RFID pernah ramai diperbincangkan di AS, 1 dari 3 orang Amerika telah tertanam chip RFID dan sebagian besar tidak menyadarinya. Dalam laporan yang beredar mengatakan bahwa kebanyakan chip ditanamkan saat perawatan gigi.

Pada pertengahan tahun 2017, rumor chip 666 RFID beredar di Indonesia melalui pesan berantai. Umat Kristen Indonesia saat itu dihebohkan dengan kabar adanya demo pemasangan chip ini yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, akhir Juli 2017 lalu.

Pihak ICE akhirnya membantah dan menjelaskan bahwa acara di ICE BSD City tidak ada kaitannya dengan chip 666 RFID. Mereka mejelaskan bahwa telah terjadi kesalahpahaman dimana saat tayangan di RCTI yang membahas mickrochip implan, dalam waktu bersamaan muncul tayangan iklan acara IIPE. Dengan itu, yang menyebarkan informasi salah menduga acara IIPE adalah acara demo pemasangan chip RFID 666.

Bahkan cerita itu dihembuskan oleh situs satir untuk mengolok-olok teori konspirasi yang menuduh pemerintah mencoba mengendalikan warganya dari jarak jauh dengan menggunakan microchip.

Penggunaan mikrochip yang ditanam di bawah kulit tidak menutup kemungkinan akan dilakukan suatu hari nanti, tetapi fungsinya untuk menyimpan informasi riwayat medis penting yang nantinya akan digunakan oleh dokter untuk tindakan lebih lanjut.

Cerita tentang chip implan 666 RFID yang ditanamkan pada tangan kanan dan dahi tidak terbukti alias hoax, berasal dari teori liar yang dihembuskan oleh para pecinta teori konspirasi, kemudian berkembang dengan menghubungkannya dengan agama, dengan mengatakan bahwa angka 666 merupakan simbol dari kejahatan anti-Kristus.

Situs Obamacarefacts.com menjelaskan, dalam Obamacare atau HR3590, tidak terdapat kata-kata terkait kewajiban implan chip RFID maupun pengumpulan data dari chip RFID. Rumor implan chip RFID ini kemungkinan muncul dari kesalahan dalam menafsirkan Affordable Care Act versi lawas yang tidak disahkan, Affordable Health Choices Act atau HR3200.

HR3200 memang menyinggung pengumpulan data terkait obat-obatan dan sejumlah perangkat, termasuk perangkat kelas II seperti chip RFID yang dapat diimplan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk membantu melacak perangkat implan yang rusak. Meskipun begitu, tidak terdapat kewajiban implan chip dalam naskah ketentuan tersebut.

Affordable Health Choices Act adalah RUU yang gagal disahkan di Kongres Amerika pada 14 Juli 2009. Ketentuan soal pengumpulan data dari perangkat kelas II, yang merupakan hasil amandemen Pasal 519 UU Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik Amerika, tercantum di halaman 1001 HR3200. Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika (FDA) mengklasifikasikan chip FRID sebagai perangkat kelas II.

Organisasi cek fakta Snopes juga menyatakan hal serupa. Menurut laporan mereka, tidak ada ketentuan wajib implan chip bagi warga Amerika dalam Obamacare. Klaim yang beredar mengutip halaman serta narasi dalam HR3200. Namun, HR3200 merupakan versi awal undang-undang reformasi perawatan kesehatan yang tidak pernah disahkan oleh Kongres Amerika.

Menurut Snopes, rumor serupa pernah dimuat dalam sebuah artikel pada 28 Juli 2013. Artikel itu menyinggung tentang penanaman microchip yang diuji coba terhadap warga Hanna, Wyoming. Oleh banyak pembaca, artikel ini dianggap sebagai kisah asli. Padahal, artikel itu hanyalah tipuan yang dibuat oleh situs satire National Report.

RFID bukan teknologi baru
Sejatinya, menurut Charles Smith dalam makalahnya di Journal of Technology Management and Innovation yang berjudul “Human Microchip Implantation”, teknologi RFID bukanlah teknologi baru. Menurut Smith, teknologi RFID muncul sejak Perang Dunia II dalam bentuk sistem “Early Identification Friend or Foe (IFF)”. Sistem ini memungkinkan tentara sekutu dan sistem anti-pesawat mengidentifikasi pengebom mereka sendiri yang dikirim balik dengan pesawat musuh.

Kemudian, pada 1960, teknologi RFID digunakan untuk mengidentifikasi dan memantau bahan berbahaya serta tenaga nuklir. Aplikasi komersial RFID pertama adalah Electronic Article Surveillance yang dibuat untuk tujuan anti-pencurian. Pada 1970-an dan 1980-an, para peneliti, universitas, dan juga lembaga pemerintah mulai menggunakan teknologi RFID untuk membuat chip berukuran kecil.

Salah satu penggunaan pertama chip RFID adalah pada industri pertanian. Chip ditanamkan ke ternak dengan tujuan untuk melacak dan membedakan hewan mereka dari ternak orang lain. Adapun dalam bidang medis, chip RFID dapat digunakan untuk melacak peralatan di dalam rumah sakit. Selain itu, chip RFID bisa dipakai oleh produsen obat untuk mengelola rantai pasokan.

Dilansir dari BBC, dalam satu dekade terakhir, chip RFID mulai tren ditanam di bawah permukaan kulit manusia. Chip ini berfungsi layaknya kartu pintar yang berjalan tanpa perlu kontak langsung. Menanamkan chip seperti ini memberikan kenyamanan, karena seseorang bisa membawanya ke mana pun tanpa perlu khawatir hilang atau lupa.

Pada 2016, salah satu produsen chip, Dangerous Things, berhasil menjual lebih dari 10 ribu unit bersama dengan kit yang diperlukan untuk memasangnya di bawah kulit. Namun, mereka bukan satu-satunya perusahaan yang melakukannya. Perusahaan pengawasan video CityWatcher menyematkan gadget di bawah kulit dua karyawannya pada 2006.

Kevin Warwick, profesor cybernetics dan deputi wakil rektor di Universitas Coventry, menjelaskan teknologi RFID sudah lebih dulu dipakai pada kargo, bagasi pesawat, produk toko, bahkan hewan peliharaan. Banyak pula dari kita yang membawanya setiap hari mengingat sebagian besar ponsel modern telah dilengkapi dengan teknologi RFID.

Dengan demikian, chip RFID tidak berkaitan dengan klaim yang mengaitkannya dengan kelompok Illuminati atau anti-Kristen.

Isu chip RFID di tengah pandemi Covid-19
Isu chip RFID yang ditanam ke tubuh manusia di tengah pandemi Covid-19 beredar bersama narasi bahwa Bill Gates membuat vaksin Covid-19 yang dipasang microchip. Dilansir dari Reuters, rumor itu bermula dari munculnya artikel di situs Biohackinfo yang berjudul “Bill Gates will use microchip implants to fight coronavirus”.

Artikel tersebut mengutip penjelasan Gates soal dampak Covid-19 terhadap bisnis dan “sertifikat digital” dalam wawancara di Reddit. Menurut artikel itu, sertifikat digital yang dimaksud adalah yang ditanamkan ke tubuh manusia, yakni quantum doy dye. Padahal, dalam wawancara itu, Gates tidak menyinggung soal implan microchip.

Salah satu penulis utama makalah penelitian mengenai quantum dot dye, Kevin McHugh, mengatakan kepada Reuters, “Teknologi quantum dot dye bukan berbentuk microchip atau kapsul yang bisa diimplan ke manusia, dan setahu saya tidak ada rencana menggunakan teknologi ini untuk memerangi pandemi Covid-19.”

Dikutip dari organisasi cek fakta FactCheck, studi mengenai quantum dot dye memang didanai oleh Gates Foundation. Quantum dot dye merupakan tinta invisible yang bisa bertahan selama lima tahun dan dapat dibaca dengan ponsel pintar. Tinta ini dibuat untuk menyediakan catatan vaksinasi. “Namun, teknologi ini tidak memiliki kemampuan untuk melacak pergerakan siapa pun,” ujar McHugh.

Profesor bioengineering di Rice University ini menambahkan, “Teknologi ini hanya mampu menyediakan data yang sangat terbatas. Teknologi ini juga membutuhkan pencitraan secara langsung dalam jarak kurang dari satu kaki. Pelacakan jarak jauh atau terus-menerus tidak mungkin dilakukan karena berbagai alasan teknis.”

Sementara terkait sertifikat digital, hal ini masih merupakan gagasan Gates. Menurut dia, seperti dilansir dari Snopes yang mengutip tayangan wawancara TED pada Maret 2020, sertifikat tersebut dibutuhkan dalam konteks ekonomi global pasca pandemi Covid-19. Berikut pernyataan Gates:

“Akhirnya, yang harus kita miliki adalah sertifikat tentang siapa orang yang sudah sembuh dan siapa orang yang sudah divaksin. Tentunya, Anda tidak ingin orang-orang bergerak ke seluruh dunia di mana ada negara-negara yang tidak mampu mengendalikannya. Jadi, akhirnya, bakal ada semacam bukti kekebalan digital yang akan membantu memfasilitasi bergeraknya kembali ekonomi global.”

REFERENSI
https://turnbackhoax.id/2019/08/07/salah-chip-rfid-666-antikristus/
https://cekfakta.tempo.co/fakta/766/fakta-atau-hoaks-benarkah-amerika-tanamkan-chip-666-ke-tubuh-warganya-di-tengah-pandemi-covid-19
https://obamacarefacts.com/obamacare-microchip-implant/
https://www.snopes.com/fact-check/us-residents-to-be-implanted-with-microchips/
https://www.snopes.com/fact-check/microchip-implant/
https://www.hoax-slayer.com/hoax-1-in-3-americans-implanted-rfid-chips.shtml
https://scielo.conicyt.cl/pdf/jotmi/v3n3/art15.pdf
https://www.bbc.com/worklife/article/20170731-the-surprising-truths-and-myths-about-microchip-implants
https://cekfakta.tempo.co/fakta/746/fakta-atau-hoaks-benarkah-bill-gates-bikin-vaksin-corona-yang-dipasang-microchip
https://www.factcheck.org/2020/04/conspiracy-theory-misinterprets-goals-of-gates-foundation/
https://www.snopes.com/fact-check/bill-gates-id2020/