Sejumlahlembaga dan pakar memang memprediksi puncak persebaran virus Corona atau COVID-19,tapi tidak menyebutkan tanggal 4-18 April 2020. Adapun, narasi yang beredarhasil modifikasi narasi dari isu puncak COVID-19 pada 23 Maret-3 April 2020yang sudah diperiksa faktanya dan terbukti hoaks.

=====

Kategori:Misleading Content/Konten yang Menyesatkan

=====

Sumber: Whatsapp

=====

Narasi:

“Mulaibesok weekend, jangan keluar rumah mencari makanan atau untuk apa pun, karenahal yang terburuk dimulai.

 🤧😷🤒

Tanggalinkubasi (14 hari) telah tiba. Dan banyak yg terinfeksi positif akanmenunjukkan gejalanya.

Banyakorang bersin, batuk, dan orang lain bisa tertular, jadi sangat penting utktetap di rumah, tidak brhubungan / bertemu dengan orang lain.

Sangatberhati-hati adalah sangat penting.

Dari4 April hingga 18 April kita harus menjaga diri kita sendiri, karena kita akanberada di puncak penyebaran virus dalam dua minggu.

Biasanyadalam dua minggu itu semua yang terinfeksi akan muncul.

Kemudianada dua minggu tenang  kemudian duaminggu lagi mulai berkurang.

 Apa yang terjadi di Italia adalah bahwa siklus ini diabaikan pada musimpenularan.

Danitulah mengapa semua kasus bercampur menjadi satu.

Danakhirnya, jangan menerima kunjungan dari siapa pun, bahkan dari keluarga yangsama.  Ini semua untuk kebaikan bersama.

KitaAkan Berada di Tingkat Infeksi Maksimum, dan Minim Uji Tes Korona.

JANGANABAIKAN PESAN INI, BAGIKAN KE SEMUA REKAN ANDA👆”

=====

Penjelasan:

Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyebutkan puncak persebaran virus Corona atau wabah COVID-19 ialah pada tanggal 4-18 April 2020. Dalam pesan berantai tersebut juga terdapat sejumlah imbauan.

Berdasarkan hasilpenelusuran, diketahui bahwa klaim puncak COVID-19 pada 4-18 April 2020 keliru.Sebab, sejumlah lembaga dan pakar yang melakukan prediksi tidak menyebutkanbahwa puncak COVID-19 pada kisaran tanggal tersebut.

Pada 13 Maret 2020,Badan Intelijen Negara (BIN) memperkirakan puncak persebaran virus corona diIndonesia terjadi pada Mei 2020. Perhitungan tersebut disampaikan Deputi V BINAfini Noer berdasarkan hasil simulasi permodelan pemerintah terhadap data pasienCovid-19. Ia mengatakan, masa puncak penyebaran virus corona kemungkinanterjadi dalam 60–80 hari setelah kasus pertama terkonfirmasi.

Lalu, pada 19 Maret2020, ITB melakukan simulasi dan permodelan sederhana yang memprediksi mengenaipuncak kasus harian. Puncak tersebut diperkirakan akan berakhir pertengahanApril 2020. Namun, prediksi itu direvisi lantaran data masukan yang digunakansebelumnya terjadi perubahan. Dari revisi yang dilakukan waktu estimasi titikpuncak penyebaran yang dilakukan ITB berubah menjadi sekitar akhir Mei atauawal Juni 2020.

Para peneliti dariPemerintah Daeah Yogyakarta pada 24 Maret 2020 juga merilis perkiraan puncakpenyebaran virus corona di Indonesia. Perkiraan tersebut dibuat berdasarkanreferensi pola global dan lokal. Penelitian tersebut memprediksi, puncakpenyebaran akan terjadi antara 70 hingga 100 hari. Artinya sekitar 12 Meihingga 12 Juni 2020.

Kemudian, FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada 27 Maret 2020 membuatprediksi jumlah kasus dan titik puncak penyebarannya. Perhitungan tim FKM UImemprediksi, jumlah kasus di kisaran 500.000 hingga 2.500.000 kasus denganmempertimbangkan tingkat intervensi pemerintah. Adapun masa puncak akan terjadipada hari ke 77 atau kisaran pertengahan April 2020 dengan patokan hari pertamapada pekan pertama Februari 2020.

Ilmuwan Matematikadari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Sutanto Sastraredja juga melakukanprediksinya. Ia memprediksi puncak COVID-19 pada pertengahan Mei 2020. Sementara,akhir pandemi dinilainya bergantung pada kebijakan yang diambil pemerintah.Berdasarkan perhitungan matematis dinamika populasi Covid-19 menggunakan modelSIQR yang dilakukannya, parameter dimasukkan dalam rumus hingga bisa dihitungkecepatan orang yang sudah terinfeksi dan masuk karantina.

Guru Besar StatistikaUGM Prof Dr rer nat Dedi Rosadi, alumni MIPA UGM Drs. Herivertus Joko Kristadi,dan alumni PPRA Lemhanas RI Dr Fidelis I. Diponegoro juga membuat perkiraanprediksi puncak penyebaran Covid-19. Para peneliti UGM itu menggunakan modelyang mereka sebut dengan model probabilistik yang didasarkan atas data real. Menggunakanmodel tersebut, penambahan maksimal total penderita per hari adalah sekitarminggu kedua April 2020.  Kisarannya,pada 7 April-11 April 2020 dengan penambahan kurang dari 185 pasien per hari.

Lalu, empat alumniMatematika UI juga membuat pemodelan menyebarnya Covid-19 di Indonesia.Basisnya adalah penelitian yang dilakukan beberapa ilmuwan di Wuhan, Tiongkok.Mereka memprediksi tanpa penanganan pemerintah, penyebaran Covid-19 baru usaiakhir Agustus atau awal September dengan ratusan ribu kasus. Puncak pandemidiramal terjadi tanggal 4 Juni yakni 11.318 kasus baru.

Berdasarkan penjelasanitu, prediksi puncak persebaran COVID-19 disebutkan bulannya, beberapamenyebutkan tanggalnya. Namun, semua prediksi itu tidak ada yang menyebutkantanggal puncak persebaran wabah COVID-19 pada 4-18 April 2020.

Selain itu, narasiyang beredar serupa dengan narasi isu sebelumnya mengenai puncak persebaranCOVID-19 pada 23 Maret-4 April 2020. Isu tersebut sudah diperiksa faktanya dalamartikel periksa fakta berjudul “[SALAH] Larangan Keluar Rumah Karena PuncakPenyebaran Virus Corona.”

Atas dasar itu, makapesan berantai Whatsapp tersebut berisikan informasi yang keliru. Oleh sebabitu, konten informasi dalam pesan berantai itu masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.

=====

Referensi:

https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1153677294964804/

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/03/123616065/prediksi-sejumlah-pakar-soal-puncak-wabah-virus-corona-di-indonesia?page=all#page4

https://katadata.co.id/berita/2020/04/03/prediksi-5-lembaga-soal-corona-di-indonesia-paling-cepat-mereda-mei