Tulisan berjudul “LuhutMenteri Indonesia atau Dubes Khusus China Untuk Indonesia?” bukanlah tulisanAkbar Tandjung, Politisi Senior Partai Golongan Karya (Golkar). Bantahan diberikanoleh Akbar Tandjung Institute (ATI) melalui siaran persnya kepada sejumlahmedia. Dalam siaran pers tersebut, ATI menuliskan bahwa tulisan yang beredardengan judul tersebut bukanlah tulisan Akbar Tandjung.
=====
Kategori: ImposterContent/Konten Tiruan
=====
Sumber: Whatsappdan Facebook
Archive:
=====
Narasi:
*LUHUT ITU MENTERIINDONESIA ATAU ‘DUBES KHUSUS’ CHINA UNTUK INDONESIA ?*
Oleh : AKBARTANJUNG
_”Sebenarnyaenggak usah dibesar-besarin lah kalau soal kehadiran kapal (Coast Guard China)itu,”_
*[Luhut BinsarPanjaitan, usai pertemuan sore bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dikantornya, Jakarta Pusat, Jumat (3/1)].*
Disaat umat inimarah karena China melanggar batas kedaulatan Negara, disaat upaya maksimalperlu dipersiapkan untuk menghalau eksistensi kapal dan kedaulatan China diperairan Indonesia di selat Natuna, Luhut Binsar Panjaitan jusrtu menganggapremeh masalah. Bukannya protes dan marah kepada China, Luhut justru memintanegara ini marah pada negaranya sendiri.
Persoalanketercukupan kapal patroli dan bahkan kapal perang untuk mengamankan wilayahperbatasan negara itu satu hal. Pelanggaran kedaulatan China, itu hal yang lainyang perlu disikapi secara tegas.
Jika menggunakanlogika Luhut, maka ketika rumah kecurian karena pagar tidak digembok kitajustru diminta marah kepada diri sendiri, kenapa tidak punya kemampuan untuk membeligembok pagar. Sementara, persoalan pencuri yang telah masuk rumah danmengacak-ngacak privasi tidak perlu di besar-besarkan.
Luhut mengganggap,masuknya kapal-kapal asing dari China ini akibat kurangnya kemampuan Indonesiamengawasi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). […] (dilanjutkan di bagian CATATANsetelah REFERENSI).
=====
Penjelasan:
Beredar tulisanberjudul “Luhut Menteri Indonesia atau Dubes Khusus China Untuk Indonesia?” dengancantuman nama penulisnya ialah Akbar Tandjung. Tulisan itu berisikan kritikkepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitanterkait kasus Natuna.
Berdasarkan hasilpenelusuran, diketahui bahwa tulisan tersebut bukanlah tulisan Akbar Tandjung,Politisi Senior Partai Golongan Karya (Golkar). Bantahan terkait hal tersebutdisampaikan oleh Akbar Tandjung Institute (ATI) melalui siaran persnya kepadasejumlah media.
Dalam siaran perstersebut, ATI menuliskan bahwa tulisan yang beredar dengan judul tersebutbukanlah tulisan Akbar Tandjung.
“Terkait tulisanyang sedang marak dibicarakan di kanal WhatsApp, yang kebetulan penulisnyamengatasnamakan dirinya sebagai Akbar Tanjung, dan berjudul Luhut ItuMenteri Indonesia Atau ‘Dubes Khusus’ China Untuk Indonesia, kami inginmenyatakan bahwa tulisan ini tidak ditulis, diprakarsai, dan distribusikan olehBapak Dr. Ir. Hj. Akbar Tandjung, Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar,” tegas ATIdalam siaran persnya.
Dalam siaran perstersebut, ATI juga mengapresiasi kepada rekan-rekan dan kolega Akbar Tandjungyang sudah mengkonfirmasi atas edaran tulisan tersebut. ATI pun kembalimenegaskan di akhir siaran persnya bahwa Akbar Tandjung tidak pernah menuliskanatau mendistribusikan isi informasi yang tersebar tersebut.
“Terima kasihkepada keluarga dan teman-teman yang mengkonfirmasi kepada kami perihalkeberadaan tulisan tersebut. Selebihnya, kami mohon bantuan keluarga dan teman-temansekalian untuk mengklarifikasi kepada mereka yang bertanya, bahwa tulisantersebut sekali lagi tidak diprakarsai, ditulis, dan didistribusikan oleh BapakDr. Ir. Hj. Akbar Tandjung,” tutup siaran pers ATI.
Berdasarkan haltersebut, maka konten yang tertera pada sumber bukan tulisan Akbar Tandjung. Olehsebab itu, maka konten tersebut masuk ke dalam kategori Imposter Content atauKonten Tiruan.
=====
Referensi:
https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1079429885722879/
=====
Catatan:
(Lanjutan narasi) […]“Sebenarnya kan kita juga kekurangan kemampuan kapal untuk melakukanpatroli di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) kita itu. Sekarang memang Coast Guardkita itu, Bakamla, sedang diproses supaya betul-betul menjadi Coast Guard yangbesar sekaligus dengan peralatannya,” kata Luhut.
Sebelumnya,Kapal-kapal ikan China dilaporkan telah masuk ke perairan Natuna dan melakukanpencurian ikan. Kapal-kapal pencuri ikan tersebut bahkan dikawal oleh kapalCoast Guard China. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia telahmenyampaikan protes keras karena pelanggaran kedaulatan yang dilakukan olehChina.
Umat Islam justrubertanya, Luhut ini menteri negara mana ? Menteri Indonesia atau duta besarkhusus China untuk Indonesia ? Kenapa Luhut, justru bicara dalam kontekskepentingan China dimana Indonesia diminta ‘memaklumi’ tindakan China bahkanmeminta Indonesia menyalahkan diri sendiri ?
Kalau Luhut diamdalam urusan pembantaian muslim Uighur mungkin saja dapat dibenarkan, karenaLuhut memang merasa tak bersaudara dengan muslim Uighur. Tetapi jika Luhut takbicara lantang terhadap China karena pelanggaran batas kedaulatan, maka wajarjika banyak yang menyebut Luhut sebagai pengkhianat.
Apalagi, bagi eksmiliter tentu isu kedaulatan adalah isu krusial. Jiwa tentara, tak akan mungkinrela sejengkal pun tanah perbatasan dirampas musuh.
Luhut telahmenunjukan watak aslinya yang menghamba pada kepentingan China. Sikap Luhutdalam isu kedaulatan ini, mengokohkan posisi Luhut yang berfungsi sebagai‘pengaman kebijakan China’ dalam melakukan ekspansi ekonomi ke Indonesiamelalui proyek OBOR dan belitan hutang China terhadap Indonesia.
Adapun Jokowi, diatak akan berani mendongakan kepala kepada Luhut dan mengusir Luhut darikabinet. Jokowi berkuasa juga atas sokongan Luhut, karena itu persoalanintervensi China ke Indonesia tidak saja dipahami sebagai kebijakan persoanalseorang luhut.
Namun, rezimJokowi ini memang telah menyerahkan ‘leher kedaulatan’ negeri ini ketanganrezim komunis China, melalui sejumlah utang dan perjanjian. Indonesia telahdipenjara menjadi ‘Provinsi baru China diluar China daratan’ yang akanmenghamba dan melayani kepentingan China.
Protes kemenlujuga bisa dipahami sebagai ‘basa-basi politik’ belaka, karena sejatinyakebijakan Indonesia benar-benar telah berada dibawah ketiak China. Buktinya,hingga saat ini Jokowi masih bungkam atas isu kemanusiaan yang menimpa muslimUighur. [].
#copast