Bukan tulisan pengalaman Mendikbud, Nadiem Makarim. Artikel itu adalah tulisan milik Wakil Ketua ICTE Agus Budiyono yang diunggah di akun Facebooknya pada 8 November 2018.
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
=============================================
Kategori : Konten yang Salah
=============================================
Akun AYAH EDY Parenting (fb.com/AYAH-EDY-Parenting-141694892568287) mengunggah foto Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim dengan narasi :
“Pengalaman hidup saya juga menunjukkan seperti itu
PENGALAMAN MENDIKBUD
Kata Nadiem Makarim
Mematahkan Mitos NEM,
IPK dan Rangking…
Ada 3 hal ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap *Kesuksesan* yaitu :
1. NEM
2. IPK
3. Rangking
Saya mengarungi Pendidikan selama 22 Tahun :
– 1 Tahun TK
– 6 Tahun SD
– 6 Tahun SMP-SMA
– 4 Tahun S1
– 5 Tahun S2 & S3
Kemudian Saya mengajar selama 15 Tahun di Universitas di 3 Negara Maju :
1. AS
2. Korsel
3. Australia
Dan juga di Tanah Air.
Saya menjadi saksi betapa *tidak relevannya ke-3 konsep di atas* terhadap kesuksesan..
Ternyata sinyalemen Saya ini di dukung oleh Riset yang di lakukan oleh *Thomas J. Stanley* yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 Millioner di US
Hasil penelitiannya ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan rangking)
*hanya lah faktor sukses urutan ke-30* *Sementara faktor IQ pada urutan ke-21* *Dan bersekolah di Universitas/Sekolah Favorit di urutan ke-23*
Jadi Saya ingin mengatakan secara sederhana : “Anak Anda Nilai Raportnya rendah *Tidak masalah”*
NEM Anak Anda tidak begitu besar Paling banter akibatnya tidak bisa masuk Sekolah Favorit…
*Menurut hasil Riset, tidak terlalu pengaruh terhadap kesuksesan* *Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan Seseorang itu*
Menurut *Riset Stanley berikut ini adalah 10 faktor* teratas yang akan mempengaruhi *KESUKSESAN* :
1. Kejujuran (Being honest with all People)
2. Disiplin keras (Being well-disciplined)
3. Mudah bergaul (Getting along with People)
4. Dukungan pendamping (Having a supportive spouse)
5. Kerja keras (Working harder than most people)
6. Kecintaan pada yang di kerjakan (Loving my career/business)
7. Kepemimpinan (Having strong Leadership qualities)
8. Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/Personality)
9. Hidup teratur (Being very well-Organized)
10. Kemampuan menjual Ide (Having an ability to sell my Ideas/Products)
Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM dan IPK…
Dalam Kurikulum semua ini kita kategorikan : *Softskill*
Biasanya peserta didik memperolehnya dari kegiatan Ekstra-Kurikuler…
10 faktor di atas ada di dalam Pendidikan Pramuka, Membentuk karakter adalah kebutuhan utama Mengejar kecerdasan Akademik semata hanya akan menjerumuskan diri, Aamiin
Bangsa Indonesia bukan tidak butuh orang yang pinter karena bangsa Indonesia sudah banyak orangĀ² pinter namun bangsa Indonesia membutuhkan orangĀ² yang punya Karakter beradab sopan santun dan ber akhlak mulia…
Bukan teori tapi praktek langsung di keseharian dengan Cerdas menyikapi hidup, cerdas menciptakan peluang…
Salam Cerdas
#Repost
#Copas“
Sumber : https://perma.cc/74PD-GUWW (Arsip) – Sudah dibagikan 5.286 kali saat tangkapan layar diambil.
=============================================
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh anggota grup Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax juga oleh tim CekFakta Tempo, faktanya tulisan yang diunggah oleh sumber bukanlah tulisan yang berasal dari pengalaman Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
Artikel itu adalah tulisan milik Wakil Ketua ICTE Agus Budiyono yang diunggah di akun Facebooknya pada 8 November 2018.
Isi dari narasi tersebut juga tidak cocok dengan riwayat hidup Nadiem adalah bahwa Nadiem mengajar selama 15 tahun di universitas-universitas di tiga negara maju, yakni AS, Korsel, dan Australia.
Seperti dalam riwayat hidup Nadiem yang dimuat oleh situs media Tirto.id, Nadiem tidak pernah mengajar di universitas-universitas di AS, Korsel, maupun Australia. Sebelum menjadi Mendikbud, Nadiem pernah bekerja sebagai Management Consultant McKinsey & Company, Co-Founder Zalora Indonesia, Managing Editor Zalora Indonesia, dan CEO PT Go-Jek Indonesia.
Kemudian, Tempo menggunakan mesin pencari Google untuk menelusuri asal artikel tersebut dengan kata kunci “mematahkan mitos NEM, IPK, dan ranking”. Hasilnya, artikel itu banyak dimuat di sejumlah situs dan blog dengan keterangan penulis Profesor Agus Budiyono, bukan Nadiem Makarim.
Saat ini, Agus menjabat sebagai Wakil Ketua Pusat Pemberdayaan Teknologi Indonesia (ICTE), sebuah konsorsium industri, universitas, dan pemerintah untuk mempersiapkan klaster teknologi maju yang muncul di Indonesia.
Sebelumnya, Agus memang pernah mengajar di universitas-universitas di tiga negara maju, seperti yang tertulis dalam kolomnya. Agus pernah menjadi associate professor di RMIT University (Australia), Massachusetts Institute of Technology (AS), dan associate professor di Konkuk University (Korea Selatan). Ia juga pernah mengajar di Institut Teknologi Bandung.
REFERENSI
https://perma.cc/3M43-C2FP (Arsip postingan akun facebook Agus Budiyono )
https://www.linkedin.com/pulse/kolom-kegembiraan-dalam-belajar-mematahkan-mitos-nem-ipk-budiyono
https://id.linkedin.com/in/agusbudiyono?trk=author_mini-profile_title
https://tirto.id/m/nadiem-makarim-bL
https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/23/095609365/profil-nadiem-makarim-menteri-pendidikan-dan-kebudayaan
https://perma.cc/L7NL-GPLR (Arsip postingan anggota grup FAFHH)
https://cekfakta.tempo.co/fakta/575/fakta-atau-hoaks-benarkah-nadiem-makarim-sebut-nem-ipk-dan-ranking-tak-berpengaruh-pada-kesuksesan