Yang beredar adalah versi zoom/crop. Tidak ada masalah karena tetap memenuhi aturan keselamatan, bergelombang karena menyesuaikan dengan kondisi di bawah yang dilewati oleh Tol Japek.
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
======
KATEGORI
Klarifikasi.
======
SUMBER
Pesan berantai WhatsApp.
======
NARASI
– (tidak ada).
======
PENJELASAN
* KOMPAS.com: “Ketinggian rata-rata jalan tol layang ini mencapai 7 sampai 8 meter dari elevasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting, tetapi terdapat penyesuaian ketinggian di beberapa titik pada perlintasan dengan jalan lokal dan jalan tol eksisting.
…
Di area jembatan penyeberangan orang (JPO) atau overpass, maka elevated naik lebih tinggi. Terus akan kembali lagi ke elevasi normal. Karena banyaknya alinyemen vertikal, maka jadinya naik turun.
“Jika di foto-foto memang kesannya meliuk-liuk, padahal tetap aman,”
Selengkapnya di http://bit.ly/38OCZJb / http://archive.md/I3I3U (arsip cadangan).
======
REFERENSI
* detikFinance: “Bukan tanpa alasan, Pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Prajudi mengatakan, tol ini dibuat naik turun karena mengikuti struktur yang ada di bawahnya.
Dia menerangkan, pembangunan Tol Layang sebenarnya diupayakan tidak terlalu tinggi dibanding dengan jalan yang sudah ada (eksisting). Namun, karena mesti melewati jembatan lain maka mau tak mau Tol Layang juga ditinggikan.
“Sebenarnya kita sedapat mungkin tidak terlalu tinggi dari badan jalan eksisting, cuma pada saat melewati overpass bagaimanapun harus meninggikan jalur, jadi memang kelihatan naik turun menyesuaikan struktur di bawah, yaitu overpass dan jembatan-jembatan,” ujarnya di Simpang Susun Cikunir, Bekasi, Minggu lalu (15/12/2019).
Dia menuturkan, meski naik turun, Tol Layang dipastikan aman. Sebab, tol sudah memenuhi standar teknis.
“Enggak (membahayakan), secara geometrik jalan secara desain sudah memenuhi kaidah teknis,” tambahnya.”
Selengkapnya di http://bit.ly/2sK9s2p / http://archive.md/4XCit (arsip cadangan).