Beredarmelalui media sosial Facebook dan juga pesan berantai Whatsapp, informasiseputar menciptakan hujan di tengah kemarau dengan mencampurkan garam denganair di dalam baskom. Maraknya informasi tersebut, membuat Balai Besar TeknologiModifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) angkatbicara, dengan menyatakan bahwa air garam di dalam baskom dapat menciptakanhujan adalah informasi palsu alias hoaks.
Selengkapnyaterdapat di penjelasan!
KATEGORI:FABRICATED CONTENT
===
SUMBER:MEDIA SOSIAL FACEBOOK dan PESAN BERANTAI WHATSAPP
===
NARASI:
*Darurat Kemarau Panjang !!*
Sediakan baskom airyang dicampur garam dan diletakkan diluar rumah, biarkan menguap, jam penguapanair yang baik adalah sekitar pukul 11.00 s.d jam 13.00, dengan makin banyak uapair di udara semakin mempercepat Kondensasi menjadi butir air pada suhu yangmakin dingin di udara.
Dengan carasederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun, semakin banyak warga yangmelakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakanjutaan kubik uap air di Udara.
Lakukan ini saturumah cukup 1 ember air garam, sabtu jam 10 pagi serempak..
Mari kita sama2berusaha utk mnghadapi kemarau kian parah ini.. >:|<
Mohon diteruskan..
Terima kasih
===
PENJELASAN:Viral sebuah pesan berantai yang menyebut bahwa di musim kemarau, masyarakatbisa menciptakan hujan dengan cara meletakkan air garam di dalam baskom. Pesantersebut mengklaim, bahwa dengan cara tersebut maka air dalam baskom akanmenguap. Uap tersebut nantinya akan naik ke udara dan semakin mempercepatkondensasi menjadi butir air pada suhu yang semakin dingin di udara.
Menanggapiinformasi yang viral tersebut, pihak terkait yakni Balai Besar TeknologiModifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) punakhirnya angkat bicara. BPPT menyatakan bahwa informasi yang menyebut air garamdi dalam baskom bisa menciptakan hujan adalah informasi palsu alias hoaks. BPPTmenyebut bahwa upaya pembuatan hujan dinilai tidak semudah apa yang disampaikandi dalam pesan tersebut.
Melansirdari republika.co.id, Kepala BBTMC BPPT Tri Handoko Seto dengan tegasmenyatakan informasi tersebut adalah hoaks.
“Ituhoaks,” jelas Seto.
Setomenuturkan jika tidak mungkin menciptakan hujan dengan mekanisme semikromenggunakan satu ember air di tiap rumah. Hujan juga dinilai tidak akan terjadihanya dengan ajakan ratusan ribu rumah dengan harapan aka nada jutaan meterkubik uap air.
Denganasumsi 10 liter air dalam satu ember, maka hanya ada ribuan meter kubik airyang terkumpul dengan ajakan ratusan ribu rumah. Dengan begitu, untukmendapatkan jutaan meter kubik air, perlu ratusan juta ember. Seto menjelaskan,bahwa untuk membentuk awan hujan dibutuhkan banyak persyaratan. Selain membutuhkanpenguapan yang sangat banyak, dibutuhkan pula pola angina yang mengarahkan uapair agar terjadi kondensasi di suatu daerah. Namun pola angina tersebut juga dapatberubah-ubah dan mengakibatkan uap air tertarik entah ke arah tertentu.
Setomenambahkan, bahwa yang perlu dilakukan adalah tidak membakar hutan dan lahandisaat musim kemarau. Hal tersebut dilakukan agar tidak memperburuk kondisilingungan.
“Janganpernah sekalipun membakar hutan dan lahan di musim kemarau. Kalau lihat api segeradipadamkan,” pungkasnya.
===
REFERENSI: