Perihal fenomenaikan hiu menepi di pinggir Pantai Nusa Dua, Bali, sudah mendapat penjelasansecara ilmiah. Dharmadi dari Badan Riset Sumber Daya Manusia KementerianKelautan dan Perikanan (BRSDMKP) mengatakan munculnya ikan hiu berjenisblacktip itu dikarenakan upwelling. “Kelimpahan nutrien akan mengundanggerombolan ikan-ikan pelagis untuk memakannya. Keberadaan ikan pelagis akanmenarik perhatian kelompok hiu untuk memangsanya,” ujar Dharmadi.
=====
Kategori: Klarifikasi
=====
Sumber: MediaSosial Instagram
=====
Narasi:
Terpantaubanyaknya ikan hiu menepi di bibir pantai Nusa Dua, Selasa (20/8) siang tadi,sehingga membuat heboh pengunjung pantai.
.
Kira-kira inipertanda apa ya semeton?
.
Info dari@wu_ni_yan
#denpasarviral#dpsviralterkini #nusadua #bali
=====
Isi KlarifikasiLengkap:
Di media sosialsempat viral mengenai munculnya kerumunan hiu di pinggir Pantai Nusa Dua, Bali.Fenomena kemunculan hiu itu ternyata merupakan fenomena alam yang lumrah.
Dharmadi dariBadan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP)mengatakan munculnya ikan hiu berjenis blacktip itu dikarenakan upwelling.“Kelimpahan nutrien akan mengundang gerombolan ikan-ikan pelagis untukmemakannya. Keberadaan ikan pelagis akan menarik perhatian kelompok hiu untukmemangsanya,” ujar Dharmadi.
Menurut Dharmadi,hiu blacktip merupakan ikan yang hidup di sekitar karang yang relatif dangkal.Hiu ini menjadikan ikan pelagis kecil sebagai makanan. Ikan pelagis adalahbiota yang hidup di permukaan kolom air antara 0-200 meter atau berada di areapasang surut.
“Kemungkinan besarmeskipun tidak lama namun suatu saat akan muncul kembali,” tambah Dharmadi.
Hal senada pun diungkapkanoleh Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut (BPSPL) Denpasar SukoWardono. Perihal fenomena berkumpulnya ikan hiu di Nusa Dua, Suko mengatakan,fenomena tersebut adalah peristiwa alamiah dan tak perlu dikhawatirkan. Ia punmenuturkan, hiu-hiu itu menepi karena mengikuti mangsanya, meliputi ikanpelagis, tongkol, kembung, dan lemuru.
“Itu ceritanyadari pengalaman masyarakat nelayan memang sedang musim ikan yang dijadikanmakanan hiu. Jadi hiu mendatanginya,” kata Suko.
Mengenai fenomena upwelling,juga dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut Widodo Pranowo, Peneliti MadyaBidang Oseanografi Terapan, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan danPerikanan, menjelaskan, upwelling adalah pengangkatan massa air darilapisan dalam ke lapisan permukaan laut. Pengangkatan massa air ini kaya akannutrien dan mineral.
“Penyebabnyaadalah adanya angin dingin dan kering dari atas benua Australia bergerak kearah Barat laut. Angin dingin dan kering tersebut sering disebut sebagai AnginTenggara, oleh orang Indonesia,” ujar Widodo.
Intensitaskekuatan upwelling dan lama periode (durasi) upwelling bisa bervariasi.Hal ini tergantung dari apakah ada pengaruh interaksi laut-atmosferik antartahunan yang seperti El Nino, La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD).
“Pada tahun 2019ini terjadi El Nino bersamaan dengan Angin Monsoon Tenggara yang dingin dankering, sehingga mengakibatkan kekeringan di daratan Pulau Jawa dan sekitarnya,”ungkap Widodo.
Namun sebaliknya,El Nino membawa keberkahan di laut, di mana intensitas upwelling semakinmeningkat. Upwelling ini membawa nutrien yang diperlukan fitoplanktonuntuk tumbuh dan berkembang. Selanjutnya zooplankton turut melimpah.
“Proses rantaimakanan selanjutnya diteruskan dengan kemunculan ikan-ikan mikronekton yangdisukai oleh ikan pelagis kecil dan mamalia laut lainnya pemakan ikan-ikankecil tersebut, seperti hiu blacktip,” kata Widodo.
Angin tenggarayang kering dan dingin ini, kemudian dimanfaatkan pula oleh masyarakat pesisirdi Madura dan sekitarnya untuk memproduksi garam. Sehingga biasanya Meidigunakan sebagai masa persiapan lahan tambak garam, Juni hingga Oktober untukmasa produksi garam.
Upwelling di sepanjang laut Selatan Jawa hingga Lombok, NTB,akan terus berlangsung dari Juni hingga Oktober. Mungkin, hiu-hiu ini akanmuncul kembali untuk berburu ikan pelagis di Nusa Dua.
Perihal kemunculanhiu blacktip itu pun ditanggapi oleh Nusa Dua Reef Foundation (NDRF). PariamaHutasoit, Direktur NDRF mengatakan, fenomena itu biasa ditemukan pada bulanJuli-Agustus.
“Kemunculan hiu dithe bay memang ini sepertinya fenomena tahunan setiap musim pergantianbulan-bulan Juli-Agustus, tidak bisa dipastikan banget tanggal kemunculannya,”ujarnya.
Pariama danorganisasinya aktif melestarikan terumbu karang di Nusa Dua ini. Selamamelestarikan terumbu karang, dia memang kerap menemui hiu yang menghebohkanini.
“Saya sendiribeberapa waktu lalu pernah di pantai dan melihat secara langsung ada cukupbanyak hiu jenis blacktip yang siripnya ada hitamnya. Mereka ini reef sharks,hiu yang ada di karang dan terumbu,” jelas Pariama.
Ia pun mengatakan,jenis hiu ini tidak berbahaya. Soal dugaan kemunculan hiu yang mendekati bibirpantai, dia mengaku tidak tahu.
“Nggak (berbahaya)sama sekali, justru hiu itu harus kita lindungi, kenyataannya di dunia hiu itudiburu untuk konsumsi. Di Indonesia, di beberapa daerah, dagingnya dijual,padahal hiu memiliki peran penting di ekosistem bagian penting sebagai predatormakanan di laut. Dia juga sebagai indikator terumbu karang,” jelasnya.
=====
Referensi:
https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/960955854236950/
https://travel.detik.com/travel-news/d-4676770/hiu-di-nusa-dua-muncul-karena-musim-peralihan
https://news.detik.com/berita/d-4676424/ndrf-gerombolan-hiu-di-nusa-dua-jenis-blacktip-tak-berbahaya