Bukan di Thailand, lokasi kejadian pemusnahan Babi di video yang disebarkan oleh SUMBER adalah di Tiongkok. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
======
KATEGORI
Konten yang Salah.
======
SUMBER
(1) http://bit.ly/2Ubdg60, post oleh Page “Mang Opi” (facebook.com/MangOpiOfficial/), sudah dibagikan 778 kali per tangkapan layar dibuat.
——
(2) http://bit.ly/2GICzco, cuitan pertama oleh akun “Ingusan Channel” (twitter.com/ChannelIngusan), sudah dibagikan 165 kali per tangkapan layar dibuat.
–
http://bit.ly/2VgIAQE, cuitan kedua, sudah dibagikan 3.2 ribu kali per tangkapan layar dibuat.
======
NARASI
“Viral di media sosial :
Pemusnahan babi massal di Thailand. …”
(Salinan narasi selengkapnya oleh post dan cuitan-cuitan SUMBER di (4) bagian REFERENSI.
======
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.
Post dan cuitan-cuitan SUMBER membagikan video dengan menambahkan narasi untuk membangun premis yang salah, memelintir konteks asli dari foto. Lokasi di Tiongkok dinarasikan di Thailand.
(2) Salah satu sumber video, http://bit.ly/2SYnFVP “全民挺郭联盟 ✊ ✊ ✊” (twitter.com/redwallpusher): “Informasi penting: Rumah Sakit Rakyat: Pukul 02.23 pagi, 13 anak laki-laki dan perempuan terinfeksi virus SK5, yang terbesar 32 tahun, yang termuda 5 tahun, para dokter yang terlibat dalam penyelamatan telah diisolasi, berita utama TV 1 Sudah disiarkan, jangan makan daging babi untuk saat ini, terutama susu dari sumber susu. Saat ini, 13.167 telah terinfeksi di Guigang, Guangxi. Ini mungkin awal epidemi skala besar.”
(Google Translate, http://bit.ly/2SZw9Mk).
–
Yang disebut “virus SK5” adalah hoaks, selengkapnya di (3) bagian REFERENSI.
——
(3) Beberapa artikel yang terkait:
======
REFERENSI
(1) http://bit.ly/2VkiHj8 KOMPAS(dot)com: “Wabah Flu Babi Afrika Kini Jadi Masalah Serius di China
VERONIKA YASINTA
Kompas.com – 15/11/2018, 16:41 WIB
(foto)
Hewan babi(Shutterstock)
SHANGHAI, KOMPAS.com – Wabah demam babi Afika kini menyebar ke lebih dari setengah provinsi di China, meski telah ada upaya untuk mencegahnya.
Diwartakan AFP, situasi yang sebelumnya disebut berhasil dikendalikan, sekarang berubah menjadi persoalan sangat serius.
Penyakit tersebut menyebabkan kenaikan harga daging babi sejak muncul pada Agustus lalu, sekaligus memicu kekhawatiran mengenai dampak besarnya kepada produsen daging babi dunia.
“Pencegahan dan pengendalian situasi demam babi Afrika saat ini sangat serius,” demikian pernyataan bersama dari kementerian pertanian, transportasi, dan keamanan publik pada Rabu (14/11/2018) malam.
“Epidemik ini telah muncul di 17 provinsi, menyebar luas ke perternakan babi di China bagian selatan,” imbuhnya.
Awal September lalu, media pemerintah China melaporkan, demam babi Afrika ditemukan di lima provinsi.
Kala itu, kementerian pertanian menyatakan virus secara umum berhasil dikendalikan.
Tiga kementerian menyerukan pengawasan ketat terhadap distribusi babi hidup untuk mencegah persebaran penyakit.
Otoritas China melaporkan kasus pertama demam babi pada provinsi Liaoning.
Sejak itu, penyakit terus bergerak ke selatan hingga ke wilayah provinsi penghasil daging babi utama. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegahnya, termasuk dengan memusnahkan puluhan ribu babi.
Food and Agriculture Organization ( FAO) memperingatkan penyakit itu bisa menyebar ke bagian lain di Asia.
Demam babi Afrika tidak berbahaya bagi manusia tetapi menyebabkan demam hemoragik yang mematikan pada babi peliharaan dan babi hutan.
Belum ada obat penawar atau vaksin, satu-satunya metode pengendalian yang diketahui adalah dengan memusnahkan hewan.
Sekitar setengah dari babi dunia diternak di China. Negara Tirai Bambu itu juga konsumen daging babi per kapita terbesar di dunia.
Penulis: Veronika Yasinta
Editor: Veronika Yasinta
Sumber: AFP”.
——
(2) http://bit.ly/2GJRrai South China Morning Post: “African swine fever spreads to one of China’s biggest pig-farming regions
SCMP
Zoe Low
Choi Chi-yuk
Updated: Saturday, 17 Nov, 2018 5:25am
(photo)
Since the first African swine fever case was confirmed in August, 18 of China’s 31 provinces and regions have been affected by the disease. Photo: ImagineChina
China’s pork industry is struggling to contain the spread of African swine fever, which has now reached the southwest of the country – one of its major pig-producing areas.
Ten of 16 pigs infected with the virus have died at a farm in Yibin, Sichuan province, the Ministry of Agriculture said on Friday. In central Hubei province, another 13 pigs died from the disease on Thursday following reports of an outbreak there last month.
African swine fever has now spread to most of China’s pig-farming regions, and Sichuan is one of the biggest.
The first reported case was confirmed in Liaoning province in August, followed by cases across the northeast in Heilongjiang, Inner Mongolia and Hebei. Liaoning remains the worst-hit province in the country.
Outbreaks have since been discovered in southern pork-loving region, including in Fujian. To date, 18 of China’s 31 provinces and regions have been affected by the disease and more than 100,000 pigs have been culled in an effort to stop the virus from spreading.
(photo)
In Guangdong, Xu Jianxian, who has 20,000 pigs at his farm in Zhaoqing, said he was doing everything he could to prevent an outbreak.
“I have not heard of any infection in Guangdong province – I have very good prevention measures in place,” Xu said. “I try to avoid letting outsiders into my pig farm, I vaccinate all my pigs and I disinfect the farm twice a week.”
The virus is transmitted by ticks and direct contact between animals, as well as contaminated food, animal feed and people travelling between places. But there is no vaccine or cure available for African swine fever and the mortality rate can be as high as 100 per cent. It has not yet been known to infect humans.
The outbreak in China could have spread from Russia, according to a China Newsweek report. The United Nations Food and Agriculture Organisation (FAO) found the strain of virus in Chinese pigs was similar to the one in Russia, Georgia and Estonia. An outbreak in Irkutsk in Siberia, 1,000km from the Chinese border, in March last year was the first time the disease had spread into eastern Russia.
China reversed an embargo on Russian meat products in July 2016 and the Russian meat industry is expected to make up to US$1 billion from exports to China by 2020. It began exporting pork to China in August but border inspections have been finding smuggled pork products since 2016, according to China Newsweek.
Meanwhile, Russia has said that the African swine flu outbreak in China was likely to have spread through pork imports from the European Union, Reuters reported.
(video)
The FAO warned in March that the infection could spread further into Southeast Asia, and neighbouring Taiwan has already begun taking precautions. On Thursday, Taiwan raised fines for tourists who illegally bring in meat products from outside the country from NT$15,000 (US$490) to NT$300,000, according to The Liberty Times. It is also cracking down on online shops that sell products made with Chinese pork.
In Hong Kong, Secretary for Food and Health Sophia Chan Siu-chee on Sunday said authorities had been in close contact with their mainland counterparts to monitor the outbreaks. “We are all very concerned,” Chan said, adding that cleaning and disinfection of abattoirs, farms and other high-risk places would be stepped up.
A spokesman for the city’s Agriculture, Fisheries and Conservation Department said imports of breeding pigs from the mainland were suspended when the virus was detected and it had reminded local pig farmers to strengthen biosecurity measures.
Additional reporting by Naomi Ng
This article appeared in the South China Morning Post print edition as: African swine fever reaches major pig-farming region”.
——
(3) http://bit.ly/2IDU7YW GOC: “Pria Hebei menyebarkan “4 orang yang terinfeksi virus sk5 kematian” rumor 7 hari
2017-06-09 07:09:00
Xingtai, Jaringan Baru China, berita 8 Juni, Biro Keamanan Publik Kota Xingtai Provinsi Hebei mengungkapkan pada 8 Juni bahwa baru-baru ini, “Rumah Sakit Rakyat Kota Xingtai, empat pekerja migran yang terinfeksi dengan kematian virus SK5” informasi palsu secara luas diteruskan dan menyebar, benar. publik menyebabkan kepanikan. Dalam hal ini, polisi Kota Xingtai dengan cepat mengabarkan, dan organ keamanan publik melakukan penyelidikan atas insiden tersebut. Pada sore hari tanggal 8, polisi di Distrik Qiaoxi Kota Xingtai menangkap Zhao, yang menyebarkan desas-desus. Saat ini, Zhao ditahan oleh polisi selama 7 hari.
Baru-baru ini, sebuah berita tentang “wabah virus SK5 di Rumah Sakit Rakyat Kota Xingtai dan kematian empat pekerja migran yang terinfeksi virus SK5” tersebar luas di kalangan teman-teman dan kelompok WeChat, yang memicu diskusi publik dan kepanikan.
Pada tanggal 7, polisi jaringan Xingtai merilis pesan yang mengatakan bahwa kematian virus SK5 adalah rumor. Setelah polisi dan Rumah Sakit Rakyat Kota Xingtai memverifikasi bahwa tidak ada kematian virus di Rumah Sakit Rakyat Xingtai, dan virus SK5 tidak ada sama sekali. Polisi sedang melakukan penyelidikan tindak lanjut atas pembebasan dan penyebaran ganas dari rumor tersebut. Tolong jangan percaya mayoritas netizen, jangan meneruskan.
Pada hari yang sama, Rumah Sakit Rakyat Kota Xingtai juga mengeluarkan desas-desus bahwa virus SK5 tidak ada sama sekali. Saya berharap masyarakat tidak akan mempercayainya, jangan memberitakannya, tolong jangan panik, apalagi sebarkan secara membabi buta.
Reporter itu memasuki pencarian “SK5” di Baidu dan menemukan bahwa desas-desus itu adalah tipikal “biografi baru lama”. Sejak tahun lalu, Qingdao, Xi’an, Yunnan, Qinhuangdao, Chongqing, Luoyang dan tempat-tempat lain telah memiliki informasi serupa, satu-satunya Perbedaannya adalah lokasi kejadian dalam pesan. Rumor ini telah dikonfirmasi oleh otoritas lokal sebagai rumor.
Pada sore hari tanggal 8, setelah penyelidikan yang cermat oleh polisi, organ keamanan publik Distrik Qiaoxi Kota Xingtai menangkap Zhao, yang menyebarkan desas-desus. Setelah diselidiki, Zhao, pria, 34 tahun, Cao Yanzhuang, Distrik Qiaoxi, Kota Xingtai. Pada 5 Juni 2017, Zhao mengumumkan dalam kelompok WeChat bahwa “empat pekerja migran di Rumah Sakit Rakyat Kota Xingtai terinfeksi virus SK5, dan 100.000 orang di Kota Xingtai telah terinfeksi”. Berita itu disampaikan melalui lingkaran teman dan WeChat. Penyebaran luas, menyebabkan diskusi publik dan kepanikan.
Saat ini, polisi ditahan oleh polisi selama 7 hari sesuai dengan ketentuan paragraf pertama Pasal 25 UU Republik Rakyat Tiongkok tentang Hukuman Administrasi Keamanan Publik.”
(Google Translate, http://bit.ly/2IKfbgC).
——
(4) Salinan narasi selengkapnya yang digunakan oleh post SUMBER:
Setelah dilakukan pemeriksaan lewat laboratorium secara besar2an dlm bbrp tahun untuk mengetahui penyebab utama penyakit yg menyrang manusia terutam kanker.
Thailand mengumumkan dgn terang2an bhw babi dan semua derevasinya adalah penyebab utama kanker.
Untuk itu, pemerintah Thailand memerintahkan seluruh babi di Thailand harus dimusnahkan dan dilarang untuk memeliharanya, memakannya, mengimpornya bahkan melarang masuknya produk”s yg menggunakan bahan”s dari babi…
Pemusnahan lebih dari 600.000 babi menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.
Baru terbukti stlh 1440 thn Al Quran mengharamkan makan babi.
#MangOpi
Video viral”.
–
——
(5) Pertanyaan oleh salah satu anggota FAFHH.
======
Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/844624875870049/