Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Penataan Koridor Jenderal Sudirman tahap pertama, Taufan Basuki mengatakan, desain penataan di kawasan itu mengusung tema budaya dan kearifan lokal.

======

Kategori : KLARIFIKASI

======

Sumber : Media Sosial Facebook

======

Penjelasan :

Foto dan video yang menampilkan mosaik Jalan Jenderal Sudirman depan Balai Kota Surakarta di media sosial. Foto yang diambil menggunakan drone itu menjadi viral karena motifnya disebut-sebut mirip penampakan bentuk sebuah salib.

Banyak warganet yang mengecam bentuk mosaik tersebut.

Agar tidak menjadi fitnah dan kisruh di antara masyarakat, pihak-pihak yang berwenang dalam pembuatan mosaik jalan tersebut memberikan penjelasannya.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Penataan Koridor Jenderal Sudirman tahap pertama, Taufan Basuki mengatakan, desain penataan di kawasan itu mengusung tema budaya dan kearifan lokal.

“Itu adalah konsep Jawa, delapan arah mata angin yang mengelilingi Tugu Pemandengan. Ini jelas tidak ada yang menggambarkan adanya salib,” tegas Taufan.

“Melihatnya jangan hanya secara parsial tetapi secara keseluruhan. Kalau ada beberapa persepsi, apapun bisa dipersepsikan dengan yang lain tergantung dari mana melihatnya. Tetapi dasar desainnya tidak ada simbol agama manapun,” ungkapnya.

Menurutnya, desain tersebut memiliki pemaknaan tentang delapan arah mata angin. Tugu Pemandengan sebagai titik pusat, kemudian delapan arah mata angin ditunjukkan dengan mosaik warna kuning.

Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Puger, mengatakan arah mata angin memang terdapat dalam filosofi Jawa. Selain arah ke samping, terdapat pula arah vertikal, yakni mengarah kepada Tuhan.

“Pandangan raja itu lurus dari Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta sampai Tugu Pemandengan. Dalam melihat lurus itu, delapan arah mata angin itulah raja harus mengingat,” katanya.

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengatakan, pembangunan penataan koridor Jalan Jenderal Sudirman – yang menggunakan andesit – tetap akan dilanjutkan, kendati diprotes sebuah ormas karena dianggap mirip salib jika dilihat dari atas.

Menurut Hadi Rudyatmo, penataan kawasan itu sejak awal tidak direncanakan untuk membuat simbol salib di tengah jalan.

“Yang jelas, kita tidak punya pemikiran dan perencanan membuat salib di tengah jalan,” kata FX Hadi saat ditemui di Balai Kota Solo, Kamis (17/1), seperti dilaporkan wartawan di Solo, Fajar Sodiq, untuk BBC News Indonesia.

“Karena perencanaannya seperti itu dan spesifikasinya seperti itu, jadi tetap dilanjutkan,” ujarnya.

Lagipula, menurutnya, perencanaan kawasan itu sepenuhnya dilakukan Dinas Pekerjaan Umum.

“Jadi yang jelas perencananya bukan saya dan saya tidak pernah pesan seperti itu,” tegasnya.

Menurut Rudy, apabila mosaik itu merupakan simbol salib, maka seharusnya pihaknya yang pertama kali melakukan protes.

Alasannya, sebagai umat Katolik, dia tidak bisa menerima salib – sebagai simbol agama Nasrani – diletakkan di tengah jalan dan diinjak-injak oleh kendaraan yang melintasi kawasan itu.

“Kalau saya tahu itu salib harusnya saya yang protes,” katanya.
Untuk itulah, Rudy meyakini sepenuhnya bahwa mosaik itu bukanlah simbol salib. “Wong itu ada filosofinya sendiri terkait desain itu.”

Referensi :

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46901576

https://news.detik.com/…/mosaik-jalan-depan-balkot-solo-dis…

https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/819998491666021/