Artikel yangtersebar tersebut sudah pernah di-debunkpada tanggal 31 Desember 2017. Tulisan tersebut bukanlah tulisan atau pun pernyataandari Jusuf Kalla. Artikel tersebut termasuk ke dalam hoaks berulang, karenasudah pernah muncul di tahun 2017.
=====
Kategori:Disinformasi/Imposter Content (Konten Tiruan)
=====
Sumber: Media Sosial Facebook dan Media Pesan Whatsapp
=====
Narasi:
*ARTIKEL SANGATBERHARGA*
Pengakuan jujurJusuf Kalla terhadap keberhasilan Joko Widodo dalam mengelolah negara, sehinggaIndonesia perlahan lolos dari beban utang peninggalan era Soeharto dan masaSBY, yang telah membuat Indonesia harus menanggung utang hingga Rp. 6000triliun dengan dalih ‘subsidi,’ yang hanya memperkaya dirinya sendiri dankonco-konconya; silahkan membaca tulisan berikut sampai selesai, agar kitapaham mengapa kini Indonesia perlahan menjadi negara hebat di Asia dalam kurunwaktu yang tidak terlalu lama di era Joko Widodo.
“PERJUANGANMORAL JOKOWI bagi INDONESIA”
Wakil PresidenRepublik Indonesia, Jusuf Kalla (JK) dalam sambutannya di acara “SimposiumEkonomi” di MPR RI, Senayan, mengatakan bahwa ada 2 kebijakan keliru yangdilakukan pemerintah era Soeharto dan SBY, sehingga menghabiskan anggaran Rp.6000 triliun.
Kebijakan itumenjadi salah satu penyebab ketertinggalan Indonesia dari negara-negaratetangga. Satu kebijakan era Soeharto dan satu lagi era SBY.
Selama 32 tahunSoeharto berkuasa, tidak ada riak yang berarti untuk menghentikannya. SaatSoeharto jatuh, tatkala fundamental ekonomi yang disimpan rapat bertahun-tahunterbuka lebar oleh aksi George Soros terkuak.
Nyatanya berpuluhtahun kita menyimpan data busuk dan kebohongan. Tidak ada kekuatan ekonomisecara nyata. Tidak ada. Soeharto tidak punya rencana hebat untuk membuatIndonesia hebat dalam sektor ekonomi, kecuali hanya menggali lubangsedalam-dalamnya melalui hutang tanpa rencana ril untuk merubah Indonesiamenjadi lebih baik.
Dari jumlah hutangyang digali Soeharto hanya 30% yang digunakan untuk membangun Indonesia.Selebihnya habis dikorup oleh mereka yang menopangnya menjadi penguasa selama32 tahun.
Akibat kebijakanyang diambilnya sebelum jatuh adalah menanda tangani LoI dengan IMF sebagai blankcheque yang harus diselesaikan oleh rezim setelahnya. Beban masalah yangditinggalkan Soeharto kalau dikurskan sekarang dan ditambah dengan bungaobligasi rekap mencapai Rp. 3000 triliun.
Era Habibie, GusDur, dan Megawati merupakan era tersulit bagi kita untuk berdamai dengankenyataan. Indonesia dinyatakan sebagai negara insolvent. Semua financialresource tertutup. Pemasukan lebih kecil dari pada pengeluaran. Kehidupanpolitik tidak jelas.
Enam tahun prosestransisi dari legislasi era Soeharto ke era reformasi seakan waktu terpanjangdalam sejarah. Selama itu tidak ada pembangunan real. Negara stuck.
Namun, akhirnyaIndonesia bisa keluar dari proses transisi itu dengan terpilihnya SBY sebagaipresiden secara demokrasi langsung. Harapan dipagut dan masa depan disongsongdengan ceria.
Tapi apa yangterjadi? Selama 10 tahun SBY berkuasa, untuk mempertahankan kekuasaannya diamembakar uang sebesar Rp. 3000 triliun untuk subsidi.
Periode 2004hingga 2014, subsidi energi rata-rata memiliki porsi sebesar 21% dari APBN danmengalami porsi terbesar pada tahun 2008 yang mencapai 28%.
Di dalam subsidienergi, alokasi subsidi BBM adalah yang terbesar dengan mencaplok 80% dariseluruh subsidi energi. Dan menciptakan mega skandal dengan korupsi takterbilang jumlahnya.
Andaikan uangsebanyak itu SBY gunakan untuk membangun jalan tol, maka kita sudah punya jalantol Trans Sumatera dan Trans Jawa, juga kereta cepat Jakarta-Surabaya danpuluhan kawasan industri berskala internasional, puluhan bendung dan irigasiuntuk ketahanan pangan, bahkan setiap kota besar sudah punya MRT.
SBY hanya bekerjamembuat rencana dan membuang uang untuk ongkos politik, agar kekuasaanya stabilselama dua periode.
Era Soeharto kitaabaikan, karena salah memilih pemimpin dan takdir kita berhasil mengubahtatanan politik yang diktator menjadi demokrasi.
Tetapi setelahdemokrasi, kita justru melahirkan gerombolan maling yang menjarah lebih dahsyatdari 32 tahun Soeharto berkuasa.
Selama itu tidakada gerakan agama yang hebat yang hendak menggulingkan Soeharto atau SBY. Tidakada demo berjilid-jilid hendak menjatuhkannya.
Mengapa? Karenapara tokoh agama maupun politik mendapat berkah uang dan konsesi bisnis daripolitik lendir tebar uang oleh penguasa.
Era Jokowi,seorang yang bukan elite politik di tubuh partai, bukan jenderal berkalibernasional, bukan konglomerat kaya dari bisnis rente, bukan pula tokoh budayawanatau agama yang selebritis.
Dia muncul kepanggung politik karena kehendak TUHAN. Tak ada satu pun kekuatan yang mampumenghentikannya, karena Tuhan telah mengirim wakil wakil NYA mengawal Jokowisehingga si tukang kayu krempeng itu masuk ke Istana Negara dengan selamattanpa rintangan apapun juga. Inilah takdir dan nasib Bangsa Indonesia yangmemang harus berubah dan menjadi baik dan kuat atas kehendak TUHAN sertaKuasaNya. […] (Lanjutannya ada di bagian catatan).
=====
PenjelasanLengkap:
Tulisan mengatasnamakanWakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), Jusuf Kalla beredar melaluimedia sosial dan media pesan Whatsapp. Dalam tulisan itu dibahas mengenai “PerjuanganMoral Jokowi.”
Setelah ditelusuri,ternyata artikel bukanlah ditulis ataupun pernyataan dari Jusuf Kalla. Pihak JuruBicara Jusuf Kalla, Husein Abdullah, sudah membantahnya pada 30 Desember 2017.Selain itu, artikel tersebut sudah pernah di-debunk pada tanggal 31 Desember 2017.
Berdasarkan hasil debunk itu, diketahui bahwa artikel itubukan ditulis oleh Jusuf Kalla. Artikel itu berasal dari Fanpage KataKita danditulis oleh Erizeli Jely Bandaro. Selain itu, tulisan Erizeli itu pun jugasalah. Karena, disebutkan bahwa artikel itu merupakan sambutan Jusuf Kalla padaacara Simposium Ekonomi di Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),Senayan.
Faktanya,berdasarkan hasil debunk sebelumnya, sambutanJusuf Kalla tidak seperti itu. Transkrip sambutan Jusuf Kalla yang dilansirdari wapresri.go.id ialah sebagai berikut:
[…]“SimposiumNasional dengan Tema “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan SosialBerdasarkan Undang-Undang Dasar Negara RI 1945”
12/07/2017|
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakaatuh
Yang saya hormatiKetua MPR RI, Bapak Zulkifli Hasan Ketua DPD RI Menteri Koordinator BidangPerekonomian Anggota Wantimpres Para Anggota MPR/DPR/DPD RI Hadirin-hadiratyang saya hormati.
Marilah kitaselalu memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah Subhanahuwa Ta’alla atas kesempatan kita hadir dalam acara ini. Setiap pertemuan seminaratau simposium seperti ini selalu mengingatkan kita akan tujuan bernegara,bagaimana mencapai tujuan itu, apa yang telah capai dan apa yang belum, dan apayang perlu kita koreksi dalam mencapai tujuan itu. Tujuan kita bernegara sudahjelas ialah semua untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapaimasyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan itu tentu dibutuhkanbanyak langkah-langkah, termasuk juga sistem yang ingin kita capai, dan semuasistem itu mempunyai suatu dimensi-dimensi atau kisi-kisi yang harus kitalaksanakan.
Memang dalamsejarah kita, banyak terjadi suatu cara yang berubah-ubah tetapi tetap sajasemuanya kita kemas dalam suatu ideologi, yaitu ideologi Pancasila, ideloginyasama, kata-katanya sama, hanya kadang-kadang langkah-langkahnya yang berbeda-beda.Jaman Bung Karno, tentu Pancasila itu, karena beliaulah yang merintis ataumelahirkan Pancasila itu, tetapi kita tahu bahwa kita juga mengalami yangnamanya demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, walaupun juga tentu dalamideologi Pancasila sendiri yang nuansanya justru cenderung lebih otoriter,pernah terbuka dan kemudian terkendali lagi.
Zaman Pak Hartojuga tentu atas nama Pancasila malah simbolnya terlebih lagi, sehingga kitamenyebut demokrasi Pancasila, ekonomi Pancasila, malah ada juga sepak bolaPancasila, pernah ada seperti itu. Begitulah kata Pancasila itu selalu menjadibagian yang kita ingin capai walaupun caranya berbeda-beda.
Nah sekarang, hariini tentu kita ingin menganalisa apa sebenarnya cara yang terbaik dalamkisi-kisi atau dalam kerangka Pancasila dan dalam kerangka Undang-undang Dasar.Dunia memang banyak berubah juga, kalau jaman dahulu ekonomi atau politikselalu orang mengkategorikan ada paham kapitalis atau paham sosialis, dua carayang banyak negara yang menganutnya secara berbeda, tetapi tentu tujuannyauntuk kemajuan negeri itu. Sekarang istilah itu sudah menjadi simpang siursebenarnya. Amerika sebagai negara yang kita kenal sangat terbuka, demokratisdan kapitalis, sekarang presidennya minta protektionis, sementara itu cirisosialis. Jadi negara kapitalis sekarang berjalan dalam langkah-langkahsosialis. Mereka protektionis, melarang orang masuk, kursinya harus diutamakan,biasanya negara kapitalis ingin pasar terbuka, lebih liberal.
Sebaliknya, yangnegara sosialis paham politiknya, seperti China, justru memperjuangkanperdagangan bebas, sebebas-bebasnya. Apa artinya itu? Bahwa negara padadasarnya ingin mencapai tujuannya, sementara caranya dan sistimnya itutergantung, itu filosofi yang terjadi di dunia ini. Jadi hari ini kita tidakbisa mengatakan lagi China itu sosialis, karena dia mempromosikan perdaganganbebas. Sebaliknya Amerika, Trump ingin protektionis yang merupakan cirisosialis. Jadi sistem ekonomi dunia ini sudah banyak berubah sesuai denganwaktu dan tujuanya.
Memang dalamsejarah, apabila kita bicara ekonomi, mungkin kita gambaran dahulupikiran-pikiran dalam bidang ekonomi juga berubah-ubah, tergantung masalah yangdicapai. Kalau sebelum tahun 1930-an orang berbicara tentang ekonomi liberal,Adam Smith, ajaran Adam Smith, ekonomi pasar dengan invisible hand bahwaotomatis akan terjadi sesuatu equilibrium dengan sistem pasar. Tetapi begitukrisis/resesi tahun 1929-1936 muncul lagi pikiran, bahwa, tidak, pemerintahharus campur tangan, teori yang dibawa oleh Keynes, John Maynard Keynes, harusada campur tangan pemerintah, karena pemerintahlah yang harus memberikanpengaruh ekonomi ini.
Namun setelah 25tahun timbul lagi pemikiran bahwa campur tangan pemerintah yang terlalu besarberbahaya, harus kembali lagi kepada perdagangan bebas, neo liberalisme, yangtentu kita kenal ajaran Milton Friedman, Chicago, sehingga hal itu terjadisampai dengan awal 90-an, dan kita juga terpengaruh dengan sistem itu. Namunkemudian dengan krisis tahun 90-an timbul lagi fikiran bahwa kebebasan yangterlalu besar menimbulkan ketimpangan, yang kaya makin kaya, yang miskin kurangmendapat porsi dalam ekonomi. Sehingga timbul lagi fikiran kembali, pemerintahharus mempunyai peran yang besar, dan itu juga dipengaruhi oleh krisis dansebagainya.
Jadipikiran-pikiran dasar ekonomi itu juga kayak berpakaian, kadang-kadangcelananya kecil, kemudian besar lagi, kecil lagi dan sebagainya, mode. Karenaekonomi memang memperbaiki kesalahan, jadi fenomenanya baru diketahui bahwa ohitu salah. Berbeda dengan teknologi, teknologi merubah kehidupan, sedangkankalau ekonomi pikiran-pikiranya berubah sesuai dengan apa yang terjadi. Nah,apabila kita berbicara seperti itu maka sistem ekonomi Indonesia sangatterpengaruh dengan cara pemikiran seperti itu juga, sehingga pada awal-awalnyakita sendiri, katakanlah ingin memakai yang terbaik, akan tetapi walaupun kitamemakai yang terbaik, kedua-duanya tidak tercapai, sehingga pada tahun 80-andan 90-an orang Barat bertanya-tanya, ini Indonesia memakai sistim apa? yaselalu kita katakan sistem pasar terbuka yang terkendali, bingung jugamerumuskan itu, pasar terbuka terkendali.
Kita bebasberdagang tetapi harganya jangan dinaikkan, kadang-kadang begitu, dikendalikanseperti sekarang ini, karena kita tidak ingin sosisalis dan tidak ingin jugakapitalis maka disepakatinya kita ambil yang terbaik, walaupun resikonyakadang-kadang kedua-duanya kita tidak capai, kita tidak capai pemerataan dankita tidak capai juga pertumbuhan. Nah ini yang kadang-kadang terjadi diIndonesia dan ini karena kebijakan-kebijakan yang berbeda-beda.
Walalupunfilosofinya itu bagus sekali, kalau bung Karno tentu kita mengenal filosofiTrisakti, kemandirian, kebudayaan dan politik yang menentukan. Kalau waktu OrdeBaru, Trilogi Pembangunan; pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas.Ketiga-tiganya sangat bagus sebagai ideologi, sebagai suatu tujuan, tetapikenapa hasilnya tidak seperti yang kita harapkan tadi. Kita dahulu lebih baikdari pada China tetapi sekarang China yang lebih baik dari pada kita. Kitadahulu hampir sama dengan Korea tahun 50-an, tetapi sekarang Korea lebih baikdari pada kita, jauh lebih baik. Kita dahulu lebih baik daripada Thailand,sekarang Thailand income perkapitanya lebih baik, sehingga kita ini selaluberada di tengah di Asean ini dari 10 negara, income perkapita kita nomor 5,pertumbuhanya juga nomor 5, tidak terlalu tumbuh dengan baik, apa yang keliru?Apa yang harus diperbaiki dalam sistem ini? Karena kita tidak bisa maju hanyadengan jargon. Apa yang salah? kalau ada yang salah, wah tidak sesuaiPancasila, tetapi dengan satu kata itu kadang-kadang bisa menghukum orang.
Oleh karena itusaya sampaikan kepada Saudara Yudi Latif, mari kita bikin suatu uraian yanglebih baik, lebih implementatif tentang Pancasilais, yaitu dengan memberikanindeksnya. Katakanlah Pancasila dengan 5 sila, kalau Bung Karno diperas lagidengan Trisila malah Ekasila. Semuanya tujuannya yang sama yaitu salingmendukung satu sama lain, sehingga ujungnya gotong royong, kebersamaan. Begitujuga dengan rumusan ekonomi kita pada pasal 33 UUD 1945, seperti yangdisampaikan tadi, bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama.
Orang langsungmengatakannya bahwa itu koperasi, padahal sebenarnya usaha bersama itu banyaksekali pada dewasa ini, walaupun namanya bukan koperasi tetapi pada dasarnyadia koperasi, dan dapat tumbuh seperti itu. Contohnya yang paling mudah, yangsaya kira kita semua di sini pasti pernah memakainya, Gojek contohnya, diasebenarnya koperasi yang luar biasa besarnya, karena koperasi berbeda dengankapitalis, kalau kapitalis kumpulan dari pada modal-modal, sementara kalaukoperasi kumpulan orang. Nah, Gojek itu kumpulan orang, semua datang membawasepeda motornya, membawa mobilnya, dan kita bekerja bersama, itu koperasisebenarnya.
Jadi tidak berartihari ini hari koperasi kemudian koperasi surut, dia tetap bekerja sama tetapikerjasamanya berubah. Dia kelihatannya kapitalis tetapi pada dasarnya koperasi.Siapa yang punya modal di Gojek? Tidak ada, semua orang punya modalmasing-masing. Contohnya seperti itu, Uber-kah, Grab-kah, atau usaha-usaha yanglain. Jadi sebenarnya bagaimana mendorong sistim kebersamaan itu dengan cara-carayang lebih moderen. Kemudian kemanusiaan, apa usaha kita dalam hal kemanusiaan?Saya kebetulan Ketua Umum PMI, saya tahu bagaimana arti kemanusiaan yang baik,ialah bekerja membantu sesama yang membutuhkan. Apabila kita berbicarapersatuan lalu apa upaya kita dalam persatuan itu. Dalam hal kerakyatan,bagaimana demokrasi kita berjalan. Begitu juga dengan keadilan, memang darisemua lima sila itu mungkin sila kelima-lah yang paling kurang pencapaiannya.
Jadi janganlahPancasila itu kita pakai hanya untuk meng-counter orang, tanpa tahu apa ituPancasila, pokok sudah, anda tidak Pancasilais, apanya yang tidak Pancasilais,yang mananya, yang sila ke berapanya saya langgar. Kalau orang beribadahnyabagus, selalu ke masjid, nah itu pancasilais. Kalau daerah penuh dengankebersamaan, keagamaan, ramai pada bulan Ramadhan, ramai pada hari minggu orangke gereja, itu kan berarti kita memenuhi unsur pertama atau apapun, sama halnyadalam kemanusiaan. Jadi janganlah karena orang salah berbicara dianggap tidakPancasilais, apanya yang tidak Pancasilais. Oleh karena itu maka kita berikanindeks, saya katakan, kalau buat indeks kemiskinan, indeks perkembangan manusiamaka kita buat indeks daerah dan indeks pribadi. Jangan hal itu dipakai sebagaialat untuk menuduh orang saja, begitu tidak mendukung seseorang dianggap tidakPancasilais.
Saya pernahmenegur Ahok, minta maaf saya tidak bicara politik dengan mengatakan wah initidak Pancasilais karena minoritas tidak menjadi pemimpin. Lho, itu kandemokrasi, bukan soal tidak Pancasilais itu harus minoritas menjadi Presiden,tidak. Jadi marilah kita melihat Pancasila itu penerapannya satu-persatusehingga kita mempunyai indeks bagi bangsa ini, ada indeks daerah, ada indekspribadi, assessment sendiri, coba tulis sendiri. Ketuhanannya apa,kemanusiaannya berapa angka anda, persatuannya bagaimana, dan seterusnya,sehingga kita tidak ada rasa saling menuduh saja, atau tidak ada apa-apa,demokrasi Pancasila, ekonomi Pancasila, apanya yang Pancasila di situ? disebelah mananya? Pasal berapanya? Nah, ini supaya kita ini jangan hanyaberbicara jargon saja yang kita sendiri tidak kita pahami apa yang dimaksuddengan tidak seperti itu. Nah, kembali kepada apa yang ingin kita capai, dankemudian apa yang salah dalam pelaksanaan ekonomi kita? Bukan Pancasila atautidak Pancasila, tetapi yang harus kita lakukan ialah kita harus selalumengikuti pola yang ada, kemudian pemerintah mengambil kebijakan terhadaphal-hal yang tidak sesuai dengan langkah-langkah yang seharusnya dicapai.
Dalam 10 atau 15tahun terakhir, kenapa kita ketinggalan dari Malaysia dan ketinggalan dariThailand. Ada 3 hal pokok saja yang dalam hal ini yang menyebabkan negeri initidak semaju dari pada yang lain, ada 3 hal pokok, yaitu; kita kehilanganbanyak karena kebijakan yang tidak sesuai, karena mengikuti alur pikir yangpada waktu itu dianggap paling benar. Kita mengalami krisis 1997-1998. Kenapaterjadi krisis itu dan berapa kerugian kita dalam krisis itu? luar biasa.Krisis itu dimulai dengan yang kita sebut krisis moneter atau kita sebut jugakrisis multi-krisis, dimulai karena kita menganut paham liberalisme, yang padawaktu itu paham itu terjadi, jadi kita terlalu mudah mengikuti paham, pahamliberalisme. Semua deregulasi, bank terbuka, siapa saja boleh bikin bank selamapunya uang Rp. 2,5 milyar pada waktu mula-mulanya, sehingga berdirilah 250bank.
Orang banggabangga, pemerintah bangga pada waktu itu, wah banyak bank ini bank itu, danakhirnya saling bersaing, bunga tinggi, dan kredit macet. Kemudian salahnya ialahpemerintah menjamin semua yang keliru itu, sehingga terjadilah blanketguarantee dan BLBI, yang pada waktu itu mulanya hanya 600 triliun. Kalau diukurdengan bunganya dan nilai sekarang maka kira-kira nilai sekarang itu 3000triliun, berikut bunganya, dengan apanya sampai sekarang mencapai 3000 triliun.Kesalahan yang kedua adalah dalam prakteknya, karena mungkin kita inginmembantu yang kecil maka subsidi dengan subsidi yang begitu besar, khususnyaenergi. Tahun 2013-2014 saja, subsidinya hampir 400 triliun, itu 30 persen daripada seluruh anggaran pada waktu itu, atau 25 persen dari seluruh anggaran padawaktu itu, luar biasa. Dua hal itu saja kalau diukur dengan nilai sekarangkira-kira 6000 triliun. Kalau 6000 triliun itu sama dengan sekitar 25 tahunkita membangun infrastrukur. Bayangkan, sekiranya dana itu dipakai membanguninfrastruktur, setengahnya saja, tidak usah semuanya maka infrastruktur kitaakan lebih baik daripada Thailand, sama dengan Malaysia dan yang lainnya. Jadidua kebijakan itu saja yang keliru dibuat sehingga kita tidak bicara bahwa kitamemakai minyak tanah itu keliru, tetapi menghabiskan ongkos yang kelihatan ituhampir 6000 triliun.
Dan itu tidakjatuh ke rakyat tetapi jatuhnya kepada orang yang punya uang malah, sehinggaterjadilah gini ratio yang tinggi, orang mampu makin mampu, orang kaya makinkaya, orang miskin tidak pernah naik tingkat kesejahteraannya, sehinggaterjadilah bahwa pada akhirnya kita Indonesia nomor 5 di Asia Tenggara ini.Tentu ini juga tanggung jawab saya, tetapi kita juga selalu mengingatkan akankesalahan-kesalahan itu. Jadi kita tidak bicara Pancasila atau apa yang keliruyang terjadi, tentu kita bisa kembalikan bahwa ooh itu gara-gara tidakPancasila, tetapi yang mananya? Tentu kita tidak perhatikan keadilan sosialnya.Tetapi pikiran pada waktu itu adalah bagaimana menyelamatkan ekonomi, diajaroleh IMF, terus kita mengikuti Washington Consensus, liberalisasi. Semuaaturan-aturan dicabut, sekarang setelah itu kita kembali lagi, begitu banyakaturan yang terjadi sehingga kita tidak bisa bergerak juga kadang-kadang. Jadi,kita memang kadang-kadang dalam kebijakan kita suka mengambil kebijakan yangtiba-tiba kontroversial atau bertentangan, jadi hitam-putih. Nah, Itulah yangtentu menjadi bagian daripada upaya kita semua. Nah, apa yang ke depan kitaharapkan, tentu semangat kita. Setiap kebijakan yang baik, negara yang baik,sekarang negara-negara di dunia ini ialah mengedepankan tujuannya, tujuannegara kita adil makmur yang berkeadilan, mengurangi ketimpangan dansebagainya, dan tentu pemerintah mengambil kebijalan itu, walaupun juga dalamkondisi hari ini yang mengalami banyak hal-hal yang bagi kita semua akibatberada dalam suatu suasana global maka tidak ada negara yang terbebas daripengaruh luar.
Karena keadaanekonomi luar bermasalah maka kita juga menjadi bagian dari pada masalah ekonomidunia itu. Tetapi kita juga ada masalah di dalam negeri, kalau kita konsekuenkepada pemerataan maka kita dan teman-teman di DPR seharusnya mendahulukansuatu APBN kita yang yang lebih memberikan belanja yang besar kepadapembangunan kemasyarakatan. Sekarang ini anggaran pembangunan itu hanya sisakurang-lebih di bawah 20 persen dari pada seluruh APBN. Pada jaman pak Hartoitu 50 persennya untuk anggaran pembangunan, dan kurang dari pada 50 persennyaanggaran rutin. Sekarang anggaran rutinnya itu sudah hampir 80 persen, termasukbayar hutang, bayar bunga dan biaya-biaya lainnya sebesar 80 persen. Olehkarena itu bagaimana kita bersama-sama, pemerintah dan DPR untuk mempunyaisuatu cara untuk menekan itu.
Tentu jugapengaruh lain dari pada itu kenapa kita tidak mencapai keadilan yang baik?ialah tentu korupsi, sampai saat ini kita tidak bisa lepas dari pada itu.Memang kita kadang-kadang jargonnya lebih banyak dibandingkan perilaku. Kitaberbicara Pancasila tetapi pada jaman Orde Baru ekonomi kita monopolistik.Padahal kita menginginkan lebih kepada ke bawah. Jadi tentu marilah kitameluruskan semua kebijakan itu. Saya setuju bahwa mari kita kembali kepadatujuannya dengan langkah-langkah ekonomi, khususnya keadilan sosial itu. Karenakalau tidak maka akan timbul kesenjangan yang lebih besar di antara ekonomikita semua. Kita tidak perlu menjelaskan bahwa ini ekonomi Pancasila atautidak, tetapi dasar-dasar pemikirannya harus untuk pertumbuhan dan pemerataansekaligus. Tetapi yang juga sangat penting ialah memberikan semangatenterpreneurship kepada masyarkat luas kita, khususnya generasi muda.
Karena walaupunkita ingin memberikan suatu pemerataan tetapi tanpa adanya semangat enterpreneurshipdi kalangan kita, generasi muda kita ataupun di daerah maka pada akhirnya jugaakan terjadi ketimpangan pada ujungnya. Memang pemerintah harus mempunyaitindakan yang tegas. Contohnya saja soal lahan, pemerintah ingin reformaagraria, memberikan lahan, tetapi tanah-tanah yang penting di kota sudah habisterbagi-bagi. Bagaimana sekarang kita bersama-sama DPR membuat aturan-aturansehingga penguasaan-penguasaan tanah dan lahan itu mempunyai batasan-batasantertentu.
Karena apabilatidak maka semua kota dimanapun itu terjadi, di situ terjadi penguasaan kepadasekelompok masyarakat yang berusaha di bidang itu. Sehingga apabila kitamelihat Jakarta, maka Jakarta penuh sesak, tanpa penghijauan akibat penguasaanlahan-lahan yang kadang-kadang sangat tidak seimbang dengan lainnya. Jadi, kitadalam kesempatan ini saya kira kita perlu berbicara banyak lagi tentangideologis, karena itu sudah menjadi dasar yang tidak berubah. Seperti kitamaklumi bahwa amandemen UUD 1945 yang 4 kali itu tidak pernah menyinggungmukadimahnya, karena kita menganggap bahwa mukadimah adalah dasar dari padafilosofis kenegaraan kita, karena di situ juga tercermin Pancasila, tercermintujuannya, dan tercermin cara-cara kita dalam mengatur bangsa ini, oleh karenaitu tidak pernah berubah. Artinya dengan dasar itu, bagaimana kita membuataturan-aturan dan kita tidak menjargonkan saja Pancasila tetapi kitamengimplementasikan sila demi sila, dan kita sendiri boleh mengoreksi diri kitasila demi sila, dan untuk itu kita punya pandangan.
Contoh yang palingsederhana, pada waktu pengungsi Rohingya banyak terdampar di Aceh, pejabat diAceh dan juga di Jakarta keputusannya ialah usir itu pengungsi, bawa ke lautkembali, jangan masuk ke Indonesia. Sederhana saja, saya telepon pejabat-pejabatyang menentukan itu dan juga kepada Presiden saya katakan, Bapak ingat ngga,sila kedua Pancasila, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Kalau kita usir itupengungsi maka langsung kita tidak beradab. Kalau orang susah kita tidak bantumaka kita tidak berperikemanusiaan, oleh karena itu mari kita laksanakanPancasila dan karena itu ujungnya ialah terima itu pengungsi berapapunjumlahnya. Dengan begitu maka langsung, saya bilang 10.000-20.000 terima saja,mosok Eropa menerima dan kita marah jika tidak terima, sementara kita sendiritidak mau terima, di mana letak bangsa yang bermartabat ini, dan akhirnya semuaditerima, berapapun diterima, saya bilang.
Nah, itulah salahsatu cara bagaimana implementasi sederhana daripada Pancasila itu. jangansetiap hari bicara Pancasila, ada orang terdampar, kita tidak mau terima, nahseperti itulah contoh, bagaimana satu persatu, jangan Pancasila stop, setiapada sedikit tidak kita sependapat lantas kita katakan orang itu anti Pancasila,yang benar saja, apa dulu? Kita rajin shalat kok, kita pergi ke masjid,ibaratnya sila pertama setidak-tidaknya kita sudah penuhi. Tetapi kalau adapengungsi maka terimalah, ada orang susah atau miskin ya harus kita harusjalankanlah kebijakan-kebijakan itu, dan sebagainya. Tentunya, sama dengankalau Undang-undang Pemilu ini macet berarti kita kita tidak menjalankan silakeempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan perwakilan,mari kita laksanakan seperti itu. Jadi sila-nya yang penting bukan hanyajargonnya yang penting atau seperti itu. Nah, begitu juga kalau kita biarkanorang menguasai tanah yang banyak di suatu kota maka saya bilang keadilansosialnya tidak benar, dan atas dasar itu kita selesaikan dengan baik. Olehkarena itu maka marilah kita melihat masalah itu dengan cara seperti itu. Tidaklagi, sudah 70 tahun mosok bicara dan mengkaji ideologi terus, mari kitaimplementasikan, dan itu yang sangat penting dalam pembicaraan ini sehinggakita bicara suatu apa yang sudah dicapai dan apa yang tidak dicapai dalam Pancasilaitu. pasti tidak semua orang bisa mencapai dengan betul tetapi ada hal-hal yangperlu kita perbaiki secara bersama-sama.
Oleh karena itulahbahwa kita tidak bicara riset tetapi kita berbicara kebijakan apa yang sesuaidengan langkah-langkah itu dan dapat dicapai secara bersama-sama. Dan karenaitu sekali lagi saya berterima kasih kepada Pimpinan MPR atas pembicaraan ini,tetapi sekali lagi, kalau bicara seminar, simposium atau konferensi itu bisamensejahterakan orang atau negara maka kitalah negara yang paling sejahtera didunia ini, karena begitu banyaknya konferensi dan seminar serta simposium. Samasaja, sekiranya peraturan dapat mensejahterakan orang, saya kira kita juganegara yang hebat karena begitu banyaknya peraturan di negeri ini, sehingga justrukarena begitu banyaknya peraturan yang kadang-kadang saling bertentangan makajustru kita tidak bisa bergerak seperti itu. Jadi bagi pemerintah makin sedikitundang-undang yang dihasilkan DPR juga tidak apa-apa, karena itu ada baiknyaseperti itu, jadi mudah-mudahan dapat segera menyelesaikan masalah kita denganbaik, dengan hikmah kebijaksanaan dalam perwakilan tetapi mempunyai maknasesuai dengan tujuan kita. Terima kasih. Dan saya meresmikan simposium ini.
Wabillahittaufuqwal hidayah
Wassalaamu’alaikumwarahmatullahi wabarakaatuh”. […]
Dengan demikian, jelasbahwa artikel yang tersebar di media sosial dan media pesan Whatsapp baru-baruini bukanlah tulisan ataupun pernyataan Jusuf Kalla. Artikel tersebut masuk kedalam kategori Konten Tiruan.
=====
Referensi:
https://news.detik.com/berita/d-3791895/istana-wapres-bantah-tulisan-jk-yang-beredar-di-medsos
=====
Catatan:
Lanjutan bagianNarasi:
[…]Ketika Jokowiberkuasa, *subsidi tipuan seolah memanjakan rakyat dihentikan* Anggarandireformasi secara fundamental dari berorientasi konsumsi ke produksi.Efisiensi anggaran dilakukan dengan sangat ketat.
Walau pun diawalidengan fundamental ekonomi yang retak karena current account defisit, Jokowitetap melaju dengan agenda besarnya. Menciptakan kemandirian, bukan hanya lewatrestruktur APBN dan hutang, tetapi juga revolusi mental dengan menghapus semuabisnis rente yang melahirkan mafia di semua lini.
Negeri paragangster tersingkir dan menghimpun rakyat dan kader partai positip sertapejabat pejabat bermoral yang mau bekerja keras sehingga dapat mengubah negeriini jadi para pekerja keras. *Status quo didobraknya, menghentakan tatananpolitik yang terbiasa hidup manja berfoya foya dan menipu rakyat*
Apa hasilnya?Hanya dua tahun berkuasa, semua rating internasional berkaitan dengan indekskorupsi, pembangunan, dan ekonomi jadi membaik. Sekarang Indonesia termasuknegara peringkat 3 terbaik ekonomi di antara anggota G-20.
Saya membayangkansetiap langkah Jokowi tidaklah mudah dan penuh resiko. Karena semua elitepolitik yang kini ada adalah bagian dari kekuasaan Orde Baru yang pernah kongkali kong dan merampok kekayaan Negara hingga Indonesia dan rakyatnya menjadisengsara dan meninggalkan beban hutang dan kerugian sebesar Rp. 3000 triliundan juga bagian dari kekuasaan era SBY yang membakar uang negara sebesar Rp.3000 triliun demi melanggengkan kekuasanya.
Semua merekaingin, agar si tukang kayu ini dihentikan. Karena Jokowi bukan hanyamenghancurkan kekuasaan mereka sebagai ladang bisnis mendatangkan harta mereka,tetapi juga menjadikan rakyat cerdas berpolitik dan mempermalukan elite politikdi mana banyaknya elite politik terancam masuk bui karena aksi OTT KPK. Pestausai.
Dulu, Ahokdijadikan pintu gerbang untuk menjatuhkan Jokowi dengan alasan menistakanagama. Dan dari keadaan ini, Jokowi berhasil keluar dengan selamat.
Kini, PERPPUPembubaran Ormas Radikal dijadikan alasan untuk menjatuhkannya, karena dibilanganti demokrasi dan anti Islam.
Padahal, tidak adadalam PERPPU itu yang menyebut Islam atau ormas tertentu. Namun, oleh paragangster mafia menciptakan semua kegaduhan ini, agar pesta kekuasaan kembalimarak. Karena itu, emosi agama kembali dibenturkan.
Andaikan PERPPUitu ditolak DPR, maka ketahuilah kita bahwa agenda menjatuhkan Jokowi memangdatang dari segala penjuru mata angin.
Apakah Jokowi akanjatuh? *Jawabannya TIDAK* karena Jokowi adalah panggilan TUHAN untukmenyelamatkan Indonesia ,bangsa dan rakyatnya dari segala kesusahan dankesulitan dan Tuhan telah mengirim wakil Rakyatnya yaitu Bapak Jokowidodo yangberhak dan pantas berkuasa sebagai pemimpin dan penyelamat bangsa dan rakyatIndonesia.
Saya Yusup Kallasudah tua, namun dengan segenap tenaga saya yang masih ada saya tetapmemberikan kontribusi positip pada Jokowidodo dalam membangun Negara Indonesiajadi bangsa besar kuat bermatabat rakyat jadi makmur dan sejahtera.
Memang pada saatusia saya yang sudah lebih dari 50 tahun. Saya tak berdaya, dan tidak bisaberbuat banyak untuk menghentikan sepak terjang pada era Soeharto dan penikmatsubsidi BBM era SBY, yang membakar uang ribuan triliun.
*Apa yang sayalakukan sekarang adalah berusaha setiap hari berbuat kebaikan, agar negara inilebih baik. Melalui tulisan, lewat interaksi dengan teman-teman politisi danaktivis, saya berusaha menyampaikan pesan moral bahwa “bukan sistem yangmenjadi masalah, tetapi akhlak kita yang buruk.”*
Marilah kitamemperbaiki moral. Sudahilah niat mengubah sistem, agar impian makmur menjadikenyataan. Perbaiki akhlak dan perbaiki etos kerja, maka rahmat TUHAN akandatang by the time.
Saya Yusup Kalladengan hati tulus ingin menyerukan kepada segenap generasi muda berkualitas danmenyintai tanah Pertiwi ini , Serra rakyat Indonesia, Marilah kita bersama-samamenjadikan KEKUATAN MORAL untuk menghadang serta melawan semua niat jahatmereka yang ingin merusak negeri ini dengan alasan agama, budaya, suku, ras,antara golongan, atau apalah.
Kita membelaJokowi bukan bertujuan politik, tetapi demi kekuatan moral sebagai orangIndonesia yang turut membangun dan ingin menjadi bangsa besar bermatabat diatasbumi . Jadilah gerakan moral untuk mendukung Jokowi orang baik yang fiturpenyelamat bangsa dan rakyat, agar semakin berprestasi baik bagi pembangunannegeri kita tercinta Indonesia.
_SEMOGA BERMANFAATdan MENAMBAH ILMU serta MENAMBAH WAWASAN KITA SEMUA._
Silahkan bantu viralkan tulisan ini ke seluruh anak negeri Indonesia di mana pun mereka berada, agar putra bangsa kita lebih cerdas dalam berpikir dan menganalisa sesuai data. Yusup Kalla.