Daur ulang disinformasi yang sudah pernah beredar di 2016, tangkapan layar yang digunakan oleh post sumber adalah hasil suntingan. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

======

KATEGORI

Disinformasi.

======

SUMBER

http://bit.ly/2FTQblj, post ke grup “Dukung Prabowo_Sandiaga Presiden RI 2019_2024” (facebook.com/groups/282806375631591) oleh akun “Hanif” (facebook.com/profile.php?id=100028804358959), sudah dibagikan 679 kali per tangkapan layar dibuat.

======

NARASI

“NUSRON WAHID : KALAU PESERTA AKSI 212 LEBIH DARI SERIBU ORANG LUDAHI MUKA SAYA…

APAKAH KALIAN SIAP??”.

======

PENJELASAN

(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi

Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.

Situs Detik diambil tangkapan layar, disunting, dan ditambahkan narasi “Nusron Wahid : “Kalau Peserta Aksi 212 Lebih dari Seribu Orang Ludahi Muka Saya””.

——

(2) SantriNews(dot)com @ 20 Des 2014: “Nusron Wahid: Ansor Akan Jaga Keamanan Natal”, salah satu sumber gambar. Selengkapnya di http://bit.ly/2DXPwNd.

——

(3) detikNews @ 30 Nov 2016: “Pembaca, jangan percaya capture gambar yang tidak disertai link detikcom. Tanpa link yang langsung ke www.detik.com, berita-berita provokatif yang disebar di media sosial kemungkinan besar adalah berita bohong.”, selengkapnya di bagian REFERENSI.

======

REFERENSI

http://bit.ly/2PfP7rv, detikNews: “Rabu 30 November 2016, 09:03 WIB

Surat Dari Buncit

Waspadai Penebar Dusta yang Masih Bertebaran

Tim Redaksi – detikNews

(foto)
Foto: Istimewa

Jakarta – Presiden, Kapolri, sampai Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah angkat bicara untuk melarang penyebaran berita bohong atau fitnah di media sosial. Namun tangan-tangan jail penebar dusta masih saja bertebaran di dunia maya.

Akhir-akhir ini, lini masa media sosial begitu penuh dengan informasi-informasi yang tak jelas ujung pangkalnya. Di antara informasi-informasi itu, ada yang memiliki tingkat keisengan sedemikian serius. Bagaimana tidak, ada pihak yang dengan sengaja mendesain, atau mengubah desain, suatu tampilan sedemikian rupa sehingga kabar bohong yang mereka sebarkan seolah-olah nyata dan bersumber dari situs berita kredibel.

detikcom, portal berita kesayangan Anda, pernah menjadi korban. Pada awal November, berita detikcom di-screenshot, diedit menjadi provokatif, lalu disebar di media sosial. Kekuatan kredibilitas detikcom disalahgunakan untuk memancing kemarahan publik.

Dan kini kejadian serupa terulang.

Pada Selasa (29/11) sore hingga malam hari, beredar di media sosial dan pesan berantai mengenai suatu gambar hasil capture-an situs dengan tulisan ‘detiknews’ di bagian atas. Warna font dan tampilan dalam gambar tersebut memang sekilas mirip dengan kanal detiknews. Yang mencengangkan adalah di dalam gambar tersebut tercantum judul berita ‘Nusron Wahid: Kalau Peserta Aksi 212 Lebih dari Seribu Orang Ludahi Muka Saya’.

Kami memastikan judul dan konten dalam gambar tersebut bukanlah produk berita dari redaksi detikcom. Nusron Wahid juga memastikan tidak pernah menyampaikan hal tersebut dalam kesempatan apa pun.

“Alhamdulillah. Allah memberikan ujian kesabaran lagi kepada saya, dengan viral beria hoax ini. Semoga diampuni Allah,” ujar Nusron melalui akun Twitter miliknya, Selasa malam.

Nusron mengatakan gambar berisi berita bohong tersebut memberikan fitnah ke dua pihak sekaligus. Dia dan redaksi detikcom.

“Redaksi detik pun sudah saya kontak dan menyatakan tidak pernah menulis berita tersebut. Dobel fitnah. Saya dan detik jadi korban. Semoga diampuni dosa-dosa saya,” kata Nusron.

Pembaca, jangan percaya capture gambar yang tidak disertai link detikcom. Tanpa link yang langsung ke www.detik.com, berita-berita provokatif yang disebar di media sosial kemungkinan besar adalah berita bohong.

detikcom sebagai media online paling berpengaruh, dengan jumlah pembaca per hari mencapai 50 juta pageviews, memegang teguh kode etik jurnalistik, sehingga tidak akan pernah membuat berita-berita provokatif yang menebar kebencian dan berpotensi memecah belah bangsa seperti yang dilarang dalam kode etik jurnalistik.

Akhir kata, kepada para pembaca, penebar dusta masih bertebaran di dunia maya. Seleksilah setiap informasi yang ada dari pesan berantai atau lini masa dengan seksama.
(fjp/imk)”.

======

Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/790911597908044/