Tulisan berjudul “DIBALIK.. KIKIR DAN PELITNYA PEMERINTAH SAUDI ARABIA TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA” bukanlah tulisan KH. Bisri Musthofa melainkan tulisan Denny Siregar yang telah diedit dan diubah. Tulisan itu tidak mungkin tulisan KH. Bisri Musthofa karena beliau telah wafat pada 16 Februari 1977. KH. Bisri Musthofa berbeda dengan KH. Mustofa Bisri (KH. Ahmad Mustofa Bisri). KH. Bisri Musthofa lahir pada tahun 1914 sedangkan KH. Bisri Mustofa lahir tahun 1944.

=====

Kategori: Disinformasi

=====

Sumber: Pertanyaan Anggota FAFHH (Oki Perwitasari) dan Media Sosial Facebook

https://www.facebook.com/groups/toko.terpercaya/permalink/2111161112275369/
https://www.facebook.com/rasmidi.amsari/posts/10210247711468911
https://www.facebook.com/RakyatIndonesiaBersatuRIB/posts/330009921098242
https://www.facebook.com/groups/1610216669215200/permalink/2394060874164105/
https://www.facebook.com/groups/Gayang.Kelompok.Intoleransi/permalink/1361197977356636/

=====

Narasi:

DIBALIK KIKIR DAN PELITNYA
PEMERINTAH SAUDI ARABIA
TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA

KH Bisri Musthofa

Sekalipun ke_Islaman Prabowo diragukan, Pendukung Prabowo Ingin Indonesia Menjadi Negara Islam

Arab Spring
Prabowo

Bara api “Arab Spring” ternyata terus berkobar….

Hanya sekarang mereka memindahkan kekuatannya dari Timur Tengah ke Asia dimana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi sasarannya.

Pola-pola mereka sebenarnya bisa tampak jelas di sini. Mereka masuk melalui tempat ibadah dengan membangun logika berdasarkan kebanggaan beragama dan ideologi Khilafah, sekaligus peningkatan rasa kebencian terhadap pemerintah dan lunturnya rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air sendiri. Sama halnya yang mereka lakukan di Suriah, Irak, Afghanistan, Libya dan banyak negara Timur Tengah lainnya.

Dan fokus mereka ada di Pilpres 2019 ini. Ini Pilpres menentukan bagi kelompok Islam Wahabi, radikal, fundamental untuk menentukan peta kekuatan mereka selanjutnya.

Mereka akan menguat di kubu kekuatan rezim orde baru dan oligarkinya yang telah puluhan tahun memayunginya.

Lembaga Survey Indonesia atau LSI, Kamis, 24 September, mengumumkan hasil surveinya yang cukup mengagetkan, bahwa pendukung Prabowo yang ingin Indonesia menjadi bercerai berai seperti Timur Tengah meningkat, dari Agustus 2018 yang sekitar 38,8 persen naik di bulan September 2018 menjadi 50 persen.

Kenaikan yang signifikan dalam waktu hanya satu bulan. Dan dari survey LSI juga terbaca bahwa pendukung Prabowo yang suka Indonesia khas Pancasila menurun drastis.

Ini menunjukkan bahwa kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamentalis merapat ke Prabowo. Mereka-mereka inilah yang ingin Indonesia bisa menjadi seperti negara Islam di Timur Tengah. Dan mereka membutuhkan kekuatan politik yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya.

Survei LSI ini seharusnya disikapi sebagai peringatan yang berbahaya, bahwa ada kekuatan luar yang ingin menjadikan negeri berbhineka ini sebagai negara Islam dengan model NKRI bersyariah dengan sistem Khilafah.

Dan Prabowo adalah representasi oligarki dan kekuatan rezim orde baru sebagai “kuda tunggangan” yang baik karena ia membutuhkan suara demi kemenangannya. Karakter Prabowo yang selalu “welcome” pada setiap ideologi yang datang, lembek dan tidak tegas dalam menunjukkan nasionalismenya adalah peluang dan kelebihan bagi kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamental ini.

Mereka pasti akan all out untuk mendukung Prabowo, dengan segala cara, sekalipun tebar hoaks dan fitnah. […] (Berhubung narasi tulisannya cukup panjang, narasi lengkapnya ada bagian CATATAN setelah REFERENSI)

=====

Penjelasan Lengkap:

Tulisan berjudul “DIBALIK.. KIKIR DAN PELITNYA PEMERINTAH SAUDI ARABIA TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA” yang beredar di media sosial dikatakan hasil tulisan dari KH. Bisri Musthofa. Namun, setelah dilakukan penelusuran, ternyata tulisan tersebut bukanlah tulisan dari KH. Bisri Musthofa. Tulisan tersebut merupakan hasil editan dan ubahan dari tulisan Denny Siregar yang berjudul “Pendukung Prabowo Ingin Indonesia Menjadi Negara Islam.”

Berikut cuplikan tulisan Denny Siregar tersebut:

[…] Pendukung Prabowo Ingin Indonesia Menjadi Negara Islam

Bara api “Arab Spring” ternyata masih belum padam….

Hanya sekarang mereka memindahkan kekuatannya dari Timur Tengah ke Asia dimana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi sasarannya.

Pola-pola mereka sebenarnya bisa tampak jelas di sini. Mereka masuk melalui tempat ibadah dengan membangun logika berdasarkan kebanggaan beragama dan ideologi khilafah. Sama persis seperti yang mereka lakukan di Suriah, Irak, Afghanistan, Libya dan banyak negara Timur Tengah lainnya.

Dan fokus mereka ada di Pilpres 2019 ini. Ini Pilpres menentukan bagi kelompok fundamental untuk menentukan peta kekuatan mereka selanjutnya.

Pertanyaannya, mereka akan menguat di kubu sebelah mana?

Lembaga Survey Indonesia atau LSI, Kamis, 24 September, mengumumkan hasil surveinya yang cukup mengagetkan bahwa pendukung Prabowo yang ingin Indonesia menjadi seperti Timur Tengah meningkat, dari Agustus 2018 yang sekitar 38,8 persen naik di bulan September 2018 menjadi 50 persen.

Kenaikan yang signifikan dalam waktu hanya satu bulan. Dan dari survei LSI juga terbaca bahwa pendukung Prabowo yang suka Indonesia khas Pancasila menurun drastis.

Ini menunjukkan bahwa kelompok agamis dan fundamentalis merapat ke Prabowo. Mereka-mereka inilah yang ingin Indonesia bisa menjadi seperti negara Islam seperti Timur Tengah. Dan mereka membutuhkan kekuatan politik yang kuat untuk mewujudkan cita-cita mereka.

Survei LSI ini seharusnya disikapi sebagai peringatan yang berbahaya, bahwa ada kekuatan luar yang ingin menjadikan negeri bineka ini sebagai negara Islam dengan model sistem NKRI bersyariah. Sistem yang tidak jauh dengan khilafah.

Dan Prabowo adalah “kuda tunggangan” yang baik karena ia membutuhkan suara demi kemenangannya. Karakter Prabowo yang selalu “welcome” pada setiap ideologi yang datang dan tidak tegas dalam menunjukkan nasionalismenya adalah kelebihan bagi kelompok fundamental ini. Mereka pasti akan all out untuk mendukung Prabowo, dengan segala cara, hoaks dan fitnah jika bisa.

Hasil survei ini juga menjadi peringatan buat benteng penjaga NKRI, yang ingin tetap menjaga negeri ini berada di bawah ideologi Pancasila. Jika Prabowo nanti memerintah, maka kelompok fundamental Islam yang terkenal intoleran dan radikal, akan menguasai banyak wilayah di NKRI dan mulai memberangus orang-orang atau lembaga yang berseberangan dengan mereka.

Ambil contoh saja kasus Meiliana di Tanjung Balai Sumatera Utara yang harus dipenjara karena mempermasalahkan bisingnya azan melalui toa. Kelompok fundamental ini terkenal dengan pemaksaan kehendaknya melalui kekuatan massa. Dan kekuatan massa ini bisa mempengaruhi penilaian aparat kepolisian dan pengadilan..

Jadi saya jujur agak heran juga dengan non muslim dan muslim moderat yang mendukung Prabowo sebagai Presiden di 2019. Apa mereka tidak sadar bahwa dampaknya akan membuat mereka makin tertekan dalam mewujudkan keadilan bersama sebagai anak bangsa?

Entahlah. Kadang logika tidak berjalan berdasarkan fakta, hanya emosi belaka.

Saya sendiri jelas akan melawan mereka dengan segala cara. Meski saya Islam, saya tidak mendukung adanya negara Islam seperti yang mereka cita-citakan. Saya cinta Indonesia dengan segala kebinekaannya.

Seruput kopinya. […]

Dari tulisan Denny Siregar itu kemudian diberikan penambahan oleh pembuat tulisan yang mengklaim diri sebagai KH. Bisri Musthofa. Kemungkinan beliau menulis tulisan itu juga sangat kecil. Sebab, KH. Bisri Musthofa bukanlah Gus Mus atau KH. Mustofa Bisri. Keduanyaa merupakan orang yang berbeda.

Dilansir dari nu.or.id, KH. Bisri Musthofa lahir di Rembang tahun 1914 dan merupakan anak dari pasangan KH. Zainal Musthafa dengan Siti Khadijah. Beliau wafat pada usia 63 tahun pada 16 Februari 1977.

Berikut kutipan profil KH. Bisri Musthofa dari nu.or.id:

Kutipan asal kelahirannya:

[…] KH Bisri Musthofa lahir di Rembang, pada tahun 1914. Beliau putra pasangan KH. Zainal Musthafa dan Siti Khadijah, terlahir dengan nama Mashadi yang kemudian diganti dengan sebutan Bisri. Pada tahun 1923, KH. Zainal Musthofa menunaikan ibadah haji bersama istinya, Nyai Siti Khadijah, dengan membawa anak-anak mereka yang masih kecil. Setelah menunaikan ibadah haji, di pelabuhan Jeddah, Kiai Zainal jatuh sakit hingga wafat. Kiai Zainal dimakamkan di Jeddah, sedangkan istri dan putra-putranya kembali ke Indonesia. […]

Kutipan paragraf yang menjelaskan tanggal meninggalnya:

[…] Kiai Bisri Musthofa wafat pada usia 63 tahun, pada 16 Februari 1977. Ketika itu, warga Indonesia sedang menyongsong pemilu 1977 pada masa Orde Baru. Santri Nusantara membutuhkan sosok-sosok dengan kecerdasan lengkap dalam diri Kiai Bisri Musthofa. Alfaatihah. […]

(Untuk membaca lengkap profilnya silakan klik link nu.or.id di bagian referensi atau lihat pada tangkapan layar yang dilampirkan)
Sedangkan, KH. Mustofa Bisri (KH. Ahmad Mustofa Bisri) lahir pada tanggal 10 Agustus 1944. Antara KH. Bisri Musthofa dengan KH. Mustofa Bisri memiliki hubungan darah, yaitu hubungan ayah dan anak.

Berikut kutipan tentang asal kelahiran KH. Mustofa Bisri yang dilansir dari tirto.id:

[…] KH Mustofa Bisri Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.

Ia dididik orangtuanya dengan keras apalagi jika menyangkut prinsip-prinsip agama. Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau. Setamat sekolah dasar tahun 1956, ia melanjut ke sekolah tsanawiyah. Baru setahun di tsanawiyah, ia keluar, lalu masuk Pesantren Lirboyo, Kediri selama dua tahun. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. Ia lalu kembali ke Rembang untuk mengaji langsung diasuh ayahnya. […]

(Untuk membaca lengkap profilnya silakan klik link tirto.id di bagian referensi atau lihat pada tangkapan layar yang dilampirkan).

Berdasarkan penjelasan itu maka tulisan berjudul “DIBALIK.. KIKIR DAN PELITNYA PEMERINTAH SAUDI ARABIA TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA” bukan tulisan KH. Bisri Musthofa ataupun tulisan anaknya, KH. Mustofa Bisri. Tulisan tersebut merupakan tulisan oknum yang tidak diketahui identitasnya yang menyadur, mengedit, dan mengubah tulisan Denny Siregar yang berjudul “Pendukung Prabowo Ingin Indonesia Menjadi Negara Islam.”

=====

Referensi:

https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/767574593575078/

https://www.tagar.id/pendukung-prabowo-ingin-indonesia-menjadi-negara-islam

https://www.dennysiregar.com/2018/09/pendukung-prabowo-ingin-indonesia.html?fbclid=IwAR1K4HIFRaAiehq2fb5FFrdqJXhfBwFwfkQyn2F5N0piP7XD7pmN2GaZGnE

http://www.nu.or.id/post/read/64690/kh-bisri-musthofa-singa-podium-pejuang-kemerdekaan

https://tirto.id/m/kh-ahmad-mustofa-bisri-hB

=====

Catatan:

Narasi Lengkap Dari Tulisan yang Mengatasnamakan KH. Bisri Musthofa:

DIBALIK KIKIR DAN PELITNYA
PEMERINTAH SAUDI ARABIA
TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA

KH Bisri Musthofa

Sekalipun ke_Islaman Prabowo diragukan, Pendukung Prabowo Ingin Indonesia Menjadi Negara Islam

Arab Spring
Prabowo

Bara api “Arab Spring” ternyata terus berkobar….

Hanya sekarang mereka memindahkan kekuatannya dari Timur Tengah ke Asia dimana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi sasarannya.

Pola-pola mereka sebenarnya bisa tampak jelas di sini. Mereka masuk melalui tempat ibadah dengan membangun logika berdasarkan kebanggaan beragama dan ideologi Khilafah, sekaligus peningkatan rasa kebencian terhadap pemerintah dan lunturnya rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air sendiri. Sama halnya yang mereka lakukan di Suriah, Irak, Afghanistan, Libya dan banyak negara Timur Tengah lainnya.

Dan fokus mereka ada di Pilpres 2019 ini. Ini Pilpres menentukan bagi kelompok Islam Wahabi, radikal, fundamental untuk menentukan peta kekuatan mereka selanjutnya.

Mereka akan menguat di kubu kekuatan rezim orde baru dan oligarkinya yang telah puluhan tahun memayunginya.

Lembaga Survey Indonesia atau LSI, Kamis, 24 September, mengumumkan hasil surveinya yang cukup mengagetkan, bahwa pendukung Prabowo yang ingin Indonesia menjadi bercerai berai seperti Timur Tengah meningkat, dari Agustus 2018 yang sekitar 38,8 persen naik di bulan September 2018 menjadi 50 persen.

Kenaikan yang signifikan dalam waktu hanya satu bulan. Dan dari survey LSI juga terbaca bahwa pendukung Prabowo yang suka Indonesia khas Pancasila menurun drastis.

Ini menunjukkan bahwa kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamentalis merapat ke Prabowo. Mereka-mereka inilah yang ingin Indonesia bisa menjadi seperti negara Islam di Timur Tengah. Dan mereka membutuhkan kekuatan politik yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya.

Survei LSI ini seharusnya disikapi sebagai peringatan yang berbahaya, bahwa ada kekuatan luar yang ingin menjadikan negeri berbhineka ini sebagai negara Islam dengan model NKRI bersyariah dengan sistem Khilafah.

Dan Prabowo adalah representasi oligarki dan kekuatan rezim orde baru sebagai “kuda tunggangan” yang baik karena ia membutuhkan suara demi kemenangannya. Karakter Prabowo yang selalu “welcome” pada setiap ideologi yang datang, lembek dan tidak tegas dalam menunjukkan nasionalismenya adalah peluang dan kelebihan bagi kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamental ini.

Mereka pasti akan all out untuk mendukung Prabowo, dengan segala cara, sekalipun tebar hoaks dan fitnah.

Hasil survei ini juga menjadi peringatan buat benteng penjaga NKRI, yang ingin tetap menjaga negeri ini berada di bawah ideologi Pancasila.

Jika Prabowo nanti memerintah, maka kelompok Islam Wahabi, radikal, fundamental, intolerant yang akan menguasai banyak wilayah di NKRI dan mulai memberangus orang-orang atau lembaga yang berseberangan dengan mereka.

Kelompok Islam fundamental ini terkenal dengan pemaksaan kehendaknya melalui kekuatan masa. Dan kekuatan masa ini bisa mempengaruhi penilaian aparat kepolisian dan pengadilan..

Sangat ironis bagi non muslim dan muslim moderat yang mendukung Prabowo sebagai Presiden di 2019. Apakah mereka tidak sadar bahwa dampaknya akan membuat mereka akan tertekan dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bersama sebagai anak bangsa?

Hasil survey LSI memperkuat fakta bahwa:

1. Negara Saudi Arabia adalah sekutu utama Amerika Serikat dan Barat di kawasan Timur Tengah
2. Islam Wahabi adalah Islam produk konspirasi Yahudi, Inggris dan Barat yang telah dirancang sebagai mesin penghancur Islam dari dalam dan alat agresi perang asimetris yang dilakukan oleh konspirasi imperialis kapitalis AS dan Barat untuk merebut kekuasaan di setiap negara berpenduduk muslim di belahan dunia.
3. Islam yang mendapat legitimasi dan diberlakukan oleh pemerintah Saudi Arabia adalah Islam Wahabi.
4. Pelit dan kikirnya setengah mati pemerintah Saudi Arabia terhadap pemerintah Indonesia yg notabene sesama negara muslim, akhirnya terkuak semua bahwa seluruh program bantuan dan sumbangannya telah disalurkan secara sistematis, terstruktur rapi melalui program “Wahabinisasi” di Indonesia. Sebuah program investasi politik jangka panjang bersama sekutu utama Amerika Serikat melalui jaringan gerakan Islam Wahabi di Indonesia untuk menggeser dan menggusur Islam yg telah lebih dahulu ada di Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam Nahdziyin (NU) sbg sokoguru kekuatan tegak berdirinya NKRI.

Fungsi, peranan dan tujuan Islam Wahabi sama dengan misionaris Mr Snouck dari Belanda dan Mirza Ghulam Ahmad, Nabi palsu dari Lahore (Ahmadiyah) yaitu pecah belah Islam dan komponen kekuatan bangsa Indonesia.

Program Wahabinisasi dalam bentuk kemasan “Islam modern” berupa pesantren_pesantren modern, sekolah Islam modern, pemberian beasiswa ke Timur Tengah, sarana dan prasarana bangunan sekolah modern, bangunan masjid dan mushalla di seluruh pelosok tanah air. Sbg sarana pengkaderan, pendidikan dan politik dengan berbalut dakwah.

Label “modern” ternyata memberikan stigma dan implikasi yg tidak menguntungkan terhadap sistem pesantren dan pendikikan yg dikelola berada di lingkungan umat Nahdziyin (NU) sbg pendidikan dan pesantren tradisional.

Kebaikan dari pemerintah dan umat Islam Indonesia kepada pemerintah Saudi Arabia tiap hari, tiap bulan dan tiap tahun hingga hari kiamat, tanpa biaya promosi wisata sereal pun, berupa “wisata abadi” Umroh dan Haji dengan menyumbang devisa milyaran Rupiah, melalui dari carter pesawat, katering dan hotel milik jaringan Yahudi, hanya dibalas dengan ekspansi agama agresi untuk menghancurkan Indonesia.

5.Beredarnya berbagai fitnah, kegaduhan demi kegaduhan sejak pemerintahan presiden Jokowi menuju 2019 adalah tabiat dan perilaku politik konspirasi asing Amerika Serikat, CIA, kelompok Islam radikal Wahabi bersama kekuatan rezim orde baru dan oligarkinya ingin berkuasa kembali, dengan segala cara merebut kekuasaan dari tangan presiden Jokowi.

Saudi bersama Nabi, seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Saudi bersama Wahabi hidup dibawah ketiak konspirasi Amerika Serikat dan Yahudi.