Dia nggk tau di masjid itu banyak sodaqah amal jairiyah nya para umat, dan di bangun dengan uang umat,,,
Masih kan anda mau pilih dua priode,,,??
Kalau anda muslim dan cinta NKRI yang taat pancasila
Bela agama dan negara anda,
#GANTI_PRESIDEN_2019”.
======
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.
——
(2) Kompas: “… Hanya saja, hingga saat ini belum ada (bangunan) penggantinya. Tapi kalau tanah pengganti sudah disetujui dan direalisasi,”, salah satu contoh kasus mengenai mekanisme penggantian lahan dan bangunan serta persetujuan dari warga sebelum Masjid dirobohkan. Selengkapnya di (1) bagian REFERENSI.
——
(3) “Klarifikasi dari BPN: “Lamanya proses pembebasan lahan wakaf, sambung dia, karena proses yang tidak mudah. Untuk membebaskan lahan wakaf, BPN harus melakukan inventarisasi, menaksir harga, lalu mencari tanah pengganti. Selain itu, pembebasan tanah wakaf juga harus minta izin Menteri Agama.”, contoh lain mengenai mekanisme relokasi Masjid. Selengkapnya di post sebelumnya di http://bit.ly/2KmFjdg.
======
REFERENSI
http://bit.ly/2x4Zic9, Kompas: “Sekeliling Sudah Rata, Sebuah Masjid Masih Berdiri di Tengah Proyek Jalan Tol Semarang-Solo
KONTRIBUTOR UNGARAN, SYAHRUL MUNIR
Kompas.com – 20/10/2017, 15:36 WIB
(foto)
Pembangunan jalan tol Semarang-Solo, ruas Salatiga-Boyolali terganjal proses pembebasan lahan sebuah masjid di dusun Geneng, desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. (kompas.com/ syahrul munir)
SALATIGA, KOMPAS.com – Sebuah masjid masih berdiri di lokasi proyek jalan tol Semarang-Solo, ruas Salatiga-Boyolali, tepatnya di Dusun Geneng, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
Warga masih mempertahankan masjid ini lantaran belum adanya kesepakatan nilai ganti rugi bangunan dengan pihak operator jalan tol.
“Sebetulnya tidak ada masalah dan warga sudah setuju semua. Hanya saja, hingga saat ini belum ada (bangunan) penggantinya. Tapi kalau tanah pengganti sudah disetujui dan direalisasi,” kata Kepala Desa Timpik, Suhada, Kamis (19/10/2017) siang.
Suhada mengatakan, saat ini warga masih menunggu keputusan dari pihak pengelola jalan tol untuk menentukan nasib tempat ibadah yang masih digunakan 250 jemaah warga dusun tersebut.
Warga tidak akan membiarkan masjid dibongkar begitu saja oleh para pekerja selama belum ada kesepakatan mengenai nilai ganti rugi bangunan masjid.
“Maunya warga kami itu duduk bersama gimana untuk solusinya dan segera direalisasi dibikinkan masjid,” imbuhnya.
Pantauan Kompas.com, permukiman di sekeliling masjid sudah rata dengan tanah. Masjid tersebut saat ini terlihat seperti di atas tebing lantaran tanah di sampingnya sudah dikeruk hingga kedalaman sekitar 10 sampai 15 meter.
Di sekelilingnya terlihat sejumlah alat berat yang sedang dioperasikan oleh pekerja jalan tol.
Takmir Masjid Baiturrokhim, Warsono, mengatakan masjid yang difungsikan sejak tahun 1979 ini memang belum dibongkar.
Warga masih menunggu realisasi masjid pengganti dari pihak pelaksanaan proyek jalan tol untuk merelokasi satu-satunya masjid yang ada di Dusun Geneng sehingga ketika belum ada masjid pengganti, warga masih mempertahankan masjid ini untuk beribadah.
“Kami masih menggunakan masjid ini untuk beribadah shalat lima waktu, shalat Jumat dan pengajian,” kata Warsono.
Warsono menjelaskan, pihak pengelola dan pelaksana proyek, yakni PT Solo Ngawi Jaya (SNJ), PT Trans Marga Jateng (TMJ) dan PT Waskita sudah menyediakan lahan pengganti. Lokasinya sekitar 100 meter dari lokasi Masjid Baiturrokhim dan dan lebih luas.
Sedangkan luas lahan di lokasi masjid sekitar 180 meter, lebih luas dari masjid yang lama. Rencananya, PT Waskita selaku perusahaan yang mengerjakan proyek jalan tol tersebut akan yang akan membangun masjid yang baru.
Namun, rancangan masjid yang baru dinilai kurang memadai, yakni tidak cukup untuk menampung para jamaah shalat Jumat maupun saat shalat hari raya.
“Kami menghendaki dibangun dua lantai, sebab masjid yang baru nantinya halamannya tidak luas seperti yang lama,” ungkapnya.
Sedangkan opsi pertama, Jika pun tidak dibangun oleh Waskita, Warsono mengatakan warga berkeinginan untuk mendapatkan dana pengganti untuk membangun masjid secara swadaya.
“Kami meminta uang pengganti bangunan senilai Rp 300 juta dan masyarakat akan bergotong royong untuk menutup kekurangannya,” paparnya.
Usulan tersebut, menurutnya, telah disampaikan kepada penanggungjawab proyek jalan tol Salatiga – Solo dan masih dalam tahap pembahasan.
“Intinya, kami tidak ingin mengganggu proyek jalan tol, tapi kami juga ingin beribadah dengan khusyuk. Tidak was-was,” tuntasnya.
Penulis: Kontributor Ungaran, Syahrul Munir
Editor: Caroline Damanik”.
======
Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/744807329185138/