Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hingga saat ini tidak ada satupun lembaga resmi dan pakar yang kredibel dan diakui mampu memprediksi gempa.
======
Kategori : KLARIFIKASI
======
Sumber : Media Sosial Facebook
Narasi :
Bencana biasa saja bukan Nasional tapi minta bantu APBD seluruh Daerah Nasional, Ayo para Turis yang mau nonton wisata Gempa bisa datang ke NTB ( Kalau hutang sudah terlalu besar ketakutan rugi semakin besar )
Pemerintah cukup bohongi Rakyat tapi jangan membohongi Dunia karena menurut data statusnya sudah VERY HIGH SEISMIC RISK ini sangat berbahaya bagi turis asing
Di NTB itu saudara kami semua bukan stuntman
=======
Penjelasan :
Beredar informasi di media sosial yang menampilkan foto prediksi gempa di beberapa negara, salah satunya Indonesia yang disertai peringatan aktivitas seismik yang tinggi.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) memberikan tanggapan terkait informasi tersebut.
Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, informasi ini sudah beredar sejak beberapa hari yang lalu. Pada foto yang beredar terdapat tabel yang di sisi kiri nama-nama negara, dan di sisi paling kanan berupa prediksi gempa.
Hary menjelaskan, kotak merah pada foto itu merupakan informasi aktivitas kegempaan di wilayah Indonesia. “Baik yang kecil-kecil, menengah, maupun yang besar,” kata Hary, Jumat (24/8/2018).
Hary mengatakan, hingga saat ini tidak ada satupun lembaga resmi dan pakar yang kredibel dan diakui mampu memprediksi gempa.
Ia menceritakan, gempa di Haicheng, China berkekuatan 7,5 magnitudo pada 4 Februari 1975 merupakan satu-satunya peristiwa gempa di dunia yang sukses diprediksi.
Beberapa negara lain seperti Amerika Serikat dan Jepang juga memprediksi gempa yang akan terjadi, tetapi hasilnya belum akurat.
Hary menegaskan, gempa belum dapat diprediksi dengan akurat, baik di mana, waktu, dan besaran magnitudonya.
Hary mengimbau agar masyarakat memastikan bahwa informasi terkait gempa yang diterimanya berasal dari sumber-sumber yang kredibel dan resmi.
“Jika mereka tidak menyebutkan lembaga, alamat, nomor kontak lembaga dan nama petugas yang dapat dihubungi, bahkan tidak menjelaskan metoda ilmiah ataupun data yang digunakan untuk memprediksi, maka sebenarnya mereka tidak bertanggung jawab,” ujar Hary.
Hal tersebut penting agar informasi yang disebarkan dapat direspons balik oleh masyarakat, sehingga lembaga yang mengeluarkan informasi dapat dihubungi untuk diminta penjelasan lebih lanjut.
“Saat ini banyak lembaga resmi penyedia informasi gempa seperti BMKG, USGS (Amerika Serikat), JMA (Jepang), GFZ (Jerman), EMSC (Mediterania), Geoscope, CEA (China), dan lain-lain,” papar dia.
Referensi :