Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arif Satria membantah pemberitaan salah satu media daring yang mengutip pernyataan langsung dirinya yang mengatakan di kampusnya pernah ada aliran sesat pada tahun 2000-an. “Saya tidak pernah mengatakan ada aliran sesat di IPB,” kata Arif, Selasa (5/6). “Dalam berita tersebut, saya ditulis menyatakan bahwa ada aliran sesat pada tahun 2000-an. Padahal saya tidak pernah menyatakan ada aliran sesat,” tegas Arif.

=====

Sumber: Media Daring

=====

Kategori: Klarifikasi

=====

Narasi :
1. “Saya tidak pernah mengatakan ada aliran sesat di IPB,” kata Arif, Selasa (5/6).

2. “Dalam berita tersebut, saya ditulis menyatakan bahwa ada aliran sesat pada tahun 2000-an. Padahal saya tidak pernah menyatakan ada aliran sesat,” tegas Arif.

=====

Penjelasan :
Rektor IPB, Arif membantah pemberitaan salah satu media daring yang menyebut dirinya memberikan pernyataan bahwa pernah ada aliran sesat di kampusnya pada sekitaran tahun 2000-an.

“Saya tidak pernah mengatakan ada aliran sesat di IPB,” kata Arif, Selasa (5/6).

Klarifikasi Arif tersebut untuk merespon pemberitaan diantaranya yang ditayangkan oleh suara.com dengan judul “Rektor IPB Akui Kampusnya Pernah Berkembang Aliran Sesat”. Dalam berita tersebut dikutip pernyataan Arif yang bunyinya;

“Dulu tahun 2.000an, masa lalu semua, bukan sekarang, sekarang sudah bagus sekali kondisinya,” tutur Arif, Minggu (3/6).

Arif pun menegaskan, menurutnya telah terjadi kesalahan pengutipan dan kesalahan penulisan dalam berita yang menyebutkan dirinya menyatakan bahwa ada aliran sesat pada tahun 2000-an.

“Dalam berita tersebut, saya ditulis menyatakan bahwa ada aliran sesat pada tahun 2000-an. Padahal saya tidak pernah menyatakan ada aliran sesat,” tegas Arif.

Menurut mantan dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB ini, memang ada beberapa aliran yang dianggap oleh pihak luar sebagai aliran yang dianggap menjurus pada radikalisme, tetapi itu ada pada masa lalu. Kini, lanjutnya, IPB sudah sangat kondusif, terus meningkatkan komunikasi dengan para mahasiswa, meningkatkan komunikasi dengan para dosen, dan pada aktivis mahasiswa.

“Karena saya kira aktivitas mahasiswa dan tenaga pendidikan, dosen itu punya komitmen yang sama untuk menjaga NKRI dan menjaga stabilitas kampus,” imbuhnya.

Arif mengaku tidak rela jika kampus IPB distigma paham radikal. Saat ini banyak santri-santri di kampus, mahasiswanya memiliki nilai religius yang tinggi. Kondisi ini, lanjutnya, perlu disyukuri sebagaimana amanah para orang tua untuk IPB mendidik anak-anaknya menjadi orang yang pintar, berakhlak mulia, dan taat beragama.

“Jadi, ini bagus. Mahasiswa IPB jadi religius dan nasionalis yang menjadi kekuatan IPB. Karena akhlak dan moral bangsa akan ditentukan dari moral dan akhlak generasi mudanya,” jelas Arif.

Arif menolak adanya stigmatisasi jika orang yang mengaji, beribadah, rajin ke masjid dianggap radikal. Hal tersebut membahayakan, membuat gaduh dan menciptakan sesuatu yang tidak kondusif. “Karena akhlak itu bersumber dari agama,” terang Arif.

IPB, lanjutnya, semaksimal mungkin membuat situasi kondusif, sebagaimana tugas IPB adalah untuk menciptakan SDM yang bagus, menghasilkan inovasi. SDM yang bagus tersebut bisa memberikan kontribusi pada pembangunan.

“Jangan sampai upaya-upaya yang mulia ini diganggu dengan stigma-stigma yang tidak perlu diteruskan lagi,” pungkas Arif.

=====

Referensi:
1. http://www.republika.co.id/…/p9v3yg330-ada-aliran-sesat-di-…
2. https://merahputih.com/…/rektor-ipb-klarifikasi-soal-aliran…
3. https://www.suara.com/…/rektor-ipb-akui-kampusnya-pernah-be…