Disinformasi yang beredar di 2015, dan sudah diklarifikasi: “Kabar yang menyebutkan pemerintah menjaminkan kepemilikan bank BUMN ke Cina tidak benar Dana pinjaman akan dipakai untuk membiayai proyek jangka panjang”. Selengkapnya di poin (1) bagian REFERENSI.

======

KATEGORI

Disinformasi.

======

SUMBER

(1) Pertanyaan dari beberapa anggota FAFHH.

——

(2) http://bit.ly/2wVH92L, situs voa-islam.com.

======

NARASI

“(foto)
Ahad, 4 Ramadhan 1439 H / 20 September 2015 10:09 wib 397.992 views

Tiga Bank Besar Indonesia Jatuh ke Tangan Cina

JAKARTA (voa-islam.com) – Penguasaan sektor finansiil oleh Cina semakin jelas. Ini dampaknya Indonesia semakin terjajah secara ekonomi oleh Cina. Karena tiga Bank BUMN yaitu PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk pinjam ke Cina Development Bank (CDB).

Sebelumnya, Meneg BUMN RiniSoemarno, menandatangi pinjaman dengan BOC (Bank fo Cina) senilai Rp 570 triliun. Rini juga berusaha memasukan modal dari CDB dan BOC ke bank-bank BUMN dengan demikian perlahan terjadi pengusaan terhadap sektor finansiil yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

“Ini menandakan ada kepentingan tersembunyi dari Menteri BUMN Rini Soemarno. Utang itu beban bagi bangsa Indonesia khusunya bank-bank tersebut,” jelas seorang pengamat ekonomi Muslim. Cina sangat berkepentingan menguasai perekonomian Indonesia dengan memberikan utangan. “Kalau Bank BUMN sudah dikuasai China, maka dengan mudah negeri Tirai Bambu itu menguasai Indonesia,” tambahnya.

Sebelumnya, tiga bank pelat merah memperoleh pinjaman senilai total US$3 miliar atau sekitar Rp43,5 triliun (kurs Rp14.500 per dolar AS) dari China Development Bank (CDB). Ketiga bank yang memperoleh pinjaman tersebut yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk.

Penandatanganan kesepakatan pinjaman dilakukan Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin, Direktur Utama BRI Asmawi Syam, dan Direktur Utama BNI Achmad Baiquni dengan President of Cina Development Bank Zheng Zhijie yang disaksikan Menteri BUMN Rini Soemarno dan Minister/Chairman of National Development and Reform Comittee Xu Shaoshi di Beijing, Cina, Rabu (16/9/2015) malam.

Indonesia menjadi anak jajahan Cina yang memang memiliki kepentingan di Indonesia, dan Jokowi memfaslitasi kepentingan juragan Cina yang ingin mengambil alih Indonesia. Sungguh sangat berbahaya bagi masa depan anak cucu. (afth/dbs/voa-islma.com)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!”.

======

PENJELASAN

(1) http://bit.ly/2rhTadC, firsdraftnews.org: “Koneksi yang Salah

Ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten”.

——

(2) Di bagian “Ini menandakan ada kepentingan tersembunyi dari Menteri BUMN Rini Soemarno. Utang itu beban bagi bangsa Indonesia khusunya bank-bank tersebut,” jelas seorang pengamat ekonomi Muslim.”, tidak ada kejelasan mengenai siapa yang dinarasikan sebagai “seorang pengamat ekonomi Muslim”. Tipikal teknik “Appeal to Authority”.

——

(3) http://bit.ly/2H4PMJM, tentang “Appeal to Authority”: “Dalam kerja jurnalistik pernyataan narasumber lazimnya diverifikasi terlebih dahulu dan diberi penjelasan dalam kapasitas apa narasumber memberikan pernyataannya. Pernyataan tersebut mestinya diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, apa bukti dari pernyataan tersebut? Dalam konteks bagaimana narasumber bisa mendapat informasi tersebut? Serta, apa kemungkinan bias motif politik narasumber dalam menyampaikan pernyataan tersebut?”.

======

REFERENSI

(1) http://bit.ly/2Ld4tMD, katadata.co.id: “Ini Alasan Tiga Bank BUMN Pinjam Dana dari Cina

Penulis: Aria W. Yudhistira
Editor: Aria W. Yudhistira
Senin 21/9/2015, 16.48 WIB

(foto)
Kantor pusat Bank Mandiri di kawasan Jalan GAtot Soebroto, Jakarta.

KATADATA ? Tiga bank pelat merah yang mendapatkan pinjaman senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 43,4 triliun dari China Development Bank (CDB) akan dipakai untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas membantah, isu yang menyebutkan pemerintah menjaminkan ketiga bank badan usaha milik negara (BUMN) untuk mendapatkan dana tersebut. Pinjaman yang ditandatangani pada 16 September lalu itu bersifat business to business (B to B).

?(Dijadikan jaminan oleh pemerintah) ini kan hoax. Nggak mungkin sahamnya jadi milik Cina, kalau pun kami nggak bisa bayar,? kata dia saat ditemui Katadata di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (21/9).

Rohan menjelaskan, bank asal Cina itu memberi syarat bahwa pinjaman ini untuk pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana besar dan berjangka panjang. Misalnya, untuk membangun pembangkit listrik program 35 giga watt (GW) yang total kebutuhannya mencapai Rp 1.200 triliun dalam lima tahun. Maka per tahunnya mencapai Rp 240 triliun.

Bila mengacu pada aturan batasan maksimum pemberian kredit (BMPK) sebesar 20 persen dari modal Bank Mandiri senilai Rp 100 triliun, maka perusahaannya hanya bisa memberi kredit maksimal Rp 20 triliun. (Baca: Cina Beri Utang Rp 40 Triliun untuk Tiga Bank BUMN)

?Aturan rasio pinjaman terhadap kredit (loan to deposit ratio/LDR) juga begitu. Sekarang sudah hampir 90 persen, masih ada kekurangan dana 10 persen. Sementara LDR nggak boleh lebih dari 92 persen,? tutur dia.

Selain untuk membiayai infrastruktur, menurut dia, menambah pendanaan ketiga bank ini juga diharapkan bisa menjaga persediaan valuta asing (valas). Rohan menjelaskan, bila dana tersebut diubah menjadi rupiah dengan memberikan pinjaman ke perusahaan dalam negeri, maka persediaan dolar Amerika Serikat (AS) akan meningkat.

Hal senada juga disampaikan Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Achmad Baiquni. Dia menyampaikan bahwa pinjaman ini murni untuk membiayai infrastruktur. Bunganya juga rendah yakni sekitar 2,8 persen, lebih rendah ketimbang harus menerbitkan surat utang yang imbal hasilnya (yield) naik.

?Ini untuk kebutuhan pendanaan besar selama lima tahun untuk infrastruktur,? ujar Baiquni.

Selain Bank Mandiri dan BNI, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga menerima pinjaman sebesar US$ 1 miliar dengan masa pinjaman selama 10 tahun. Dari total US$ 3 miliar, sebesar 30 persen pinjaman dalam mata uang renminbi. Tujuan pinjaman tersebut akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur serta perdagangan, khususnya antar kedua negara.

Jangka waktu pinjaman selama 10 tahun sesuai dengan pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana-dana jangka panjang. Selain itu, pinjaman ini juga akan meningkatkan kerjasama antara Indonesia dan China.

Reporter: Desy Setyowati”.

——

(2) Post sebelumnya di http://bit.ly/2rTRuXq.

======

Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/644576602541545/