“Yang lebih menarik dari kejadian ini adalah, (setau saya) tidak ada respon dari Dewan Pers terhadap Jawapos. Tidak ada juga respon dari Mafindo atau masyarakat anti fitnah, yang terkenal dengan slogan “turn back hoax” nya.”, memang betul Aliffurrahman tidak tahu. MAFINDO melalui kanal-kanalnya mempublikasikan dalam bentuk kronologi, threaded view di Twitter atau dengan mengutip dan memberikan tautan ke post lain yang memuat berita klarifikasinya di kanal lain yang tidak mendukung format threading.

“Tidak hanya itu, Mafindo sudah menjadi ormas pergerakan paling suci dan mulia, karena mereka tidak hanya menangani hoax, tapi juga hate speech.”, tidak pernah ada klaim seperti itu dari MAFINDO, yang artinya: ini cap atau label yang diberikan oleh SEWORD ke MAFINDO. Hoax adalah masalah semua pihak, yang melakukan klarifikasi dan debunking BUKAN hanya MAFINDO, dan tidak pernah ada saling klaim dari pihak-pihak yang melakukan klarifikasi dan atau debunking mengenai siapa yang paling suci karena tujuan kami sama: upaya mengurangi hoaks dan edukasi literasi. MAFINDO juga TIDAK menangani pelaku, itu diluar kapasitas kami, untuk pelaku sudah ada pihak yang berwenang yang menangani, jadi mengenai menangani hate speech (ujaran kebencian) adalah klaim sepihak dari SEWORD.

“Tapi, untuk urusan melawan hoax atau turn back hoax, tidak cukup hanya dengan mengadakan car free day, selfie-selfie dan show di banyak media.”, MAFINDO juga bergabung dengan SiBerkreasi dalam kegiatan Car Free Day. Dokumentasinya ada dan tidak sulit dicari, jadi kegiatan kami bukan sekedar “selfie-selfie dan show di banyak media” seperti klaim SEWORD. Jika memang tidak mau ikut berpartisipasi (karena waktu itu kami tidak melihat SEWORD ikut muncul), tidak perlu memberikan cap atau label. Cukup dengan diam sudah membantu.

“Suatu hari pimpinan Mafindo menghujat Seword sebagai media yang bla bla bla karena satu artikel yang dipermasalahkannya.”, jika yang dimaksud adalah post yang ini > [KLARIFIKASI] “Dilaporkan ke Polisi karena “Hate Speech”, Pendiri Seword.com Anggap Salah Alamat” https://goo.gl/cwGNCJ, post tersebut justru membantu mempublikasikan klarifikasi dari SEWORD yang dimuat di Kompas.

MAFINDO juga selalu menjelaskan apa itu media opini dan pengertian mengenai opini. Mas Alif yth, jika tidak tahu lain kali sebaiknya cari tahu dulu sebelum mempublikasikan tulisan. Tidak hanya Google Chrome saja yang menyediakan akses langsung ke mesin pencarian, rata-rata peramban (browser) masa kini sudah bisa melakukan pencarian langsung dari batang alamat (address bar). Jika memang masih mengalami kesulitan, https://www.google.co.id/search?q=aribowo+sasmito+seword+media+opini < silakan tap atau klik tautan ini.

======

KATEGORI
Klarifikasi.

======

SUMBER
https://goo.gl/oo3twM, SEWORD.COM: “Hoax Jawapos dan Pimpinan DPR Berlanjut, di Mana Dewan Pers dan Anti Hoax?”.

======

REFERENSI

(1) https://goo.gl/oo3twM, “Hoax Jawapos dan Pimpinan DPR Berlanjut, di Mana Dewan Pers dan Anti Hoax?

Alifurrahman Media 3 hours ago 4 min read 826 Trending

Bagi saya, insiden penayangan berita hoax bahwa ketua MCA yang terciduk adalah Ahoker, merupakan sebuah kejadian yang luar biasa. Layak untuk didalami dan diinvestigasi. Bagaimana salah satu media mainstream terbesar di Indonesia, menayangkan berita hoax. Yang kemudian diterima sebagai kebenaran dan fakta oleh dua pimpinan DPR RI.

Katakanlah wartawan Jawapos teledor karena mengutip tweet dari akun-akun yang tidak jelas identitasnya, tapi apakah Fahri dan Fadli tidak punya wawasan yang cukup sehingga mempercayai berita hoax? Saya kira mereka berdua sebagai pimpinan DPR RI tidak sebegitu nistanya. Selucu-lucunya mereka dalam berpendapat, keduanya bukan orang bodoh. Nah, apakah kesalahan-kesalahan secara berjemaah ini hanyalah kebetulan? Atau memang terencana? Publik patut bertanya.

Yang lebih menarik dari kejadian ini adalah, (setau saya) tidak ada respon dari Dewan Pers terhadap Jawapos. Tidak ada juga respon dari Mafindo atau masyarakat anti fitnah, yang terkenal dengan slogan “turn back hoax” nya.

Bagi saya ini membingungkan. Untuk apa ada Dewan Pers, kalau kejadian luar biasa seperti ini tidak mendapat sorotan ataupun teguran. Bukankah salah satu fungsi Dewan Pers adalah untuk memperhatikan media-media mainstream yang terdaftar atau terverifikasi?

Begitu juga dengan Mafindo, kita kerap melihat mereka begitu antusias untuk melakukan car freeday, nyaris setiap minggu. Mereka juga gencar mengklarifikasi ataupun meluruskan hoax-hoax yang beredar di masyarakat. Tidak hanya itu, Mafindo sudah menjadi ormas pergerakan paling suci dan mulia, karena mereka tidak hanya menangani hoax, tapi juga hate speech.

Suatu hari mereka bisa menyebut Deny Siregar, Seword dan KataKita sebagai propagandis. Suatu hari pimpinan Mafindo menghujat Seword sebagai media yang bla bla bla karena satu artikel yang dipermasalahkannya. Tapi, ketika Jawapos menayangkan berita hoax, yang sebenarnya adalah concern utama Mafindo, mereka diam saja.

Coba anda cek dan lihat sekeliling kelompok Mafindo. Apakah ada pernyataan atau respon dari ketuanya terkait hoax Jawapos ini? apakah Mafindo sebagai sebuah kelompok berani merespon berita hoax Jawapos yang disebar oleh Fahri dan Fadli?

Hoax bahwa ketua MCA adalah Ahoker adalah hoax yang luar biasa. Ditayangkan oleh media mainstream terbesar, tertua dan terverifikasi. Disebar-sebarkan oleh dua pimpinan DPR RI. Ini kejadian yang sangat memprihatinkan. Lalu kenapa mereka diam saja? saya pribadi tidak tau. Sebab saya bukan bagian dari Mafindo.

Cara melawan hoax

Di sini saya tidak ingin mengklaim bahwa diri ini yang paling berjasa terhadap negeri ini. Tidak pula ingin menyebut diri ini paling suci di jagad maya. Tidak. Tapi, untuk urusan melawan hoax atau turn back hoax, tidak cukup hanya dengan mengadakan car free day, selfie-selfie dan show di banyak media. Kalau ingin melawan, mari lawan dengan mengatakan yang benar. Menegur, meluruskan, mengkritik dan menjelaskan bahwa sebuah berita atau isu yang sedang berkembang di masyarakat adalah hoax.

Ada teman anda share berita hoax? Lawan. Kasih tahu bahwa itu hoax. Komentari dengan jelas dan mudah dipahami, bahwa yang disebarkannya adalah berita bohong.

Kita tidak akan pernah bisa melawan hoax jika kita sendiri masih terlalu bermain aman dan begitu menjaga hubungan pertemanan. Kebanyakan dari kita itu tidak mau berdebat, tidak mau hubungan pertemanan rusak karena berbeda pandangan atau karena menegur.

Coba sekarang anda pikirkan sendiri, seberapa banyak orang yang berani menegur secara terbuka? tak banyak. Dan kalaupun ada, mungkin mereka adalah orang-orang yang benar-benar merdeka seperti Denny Siregar, fanspage Katakita atau para penulis Seword itu sendiri. Seseorang atau kelompok orang yang sering dilabeli sebagai propagandis oleh orang-orang Mafindo. Atau sering disebut sebagai media abal-abal oleh media mainstream dan dewan pers.

Pada akhirnya, kita harus benar-benar merdeka dalam berpendapat. Tidak perlu takut pada pejabat seperti pimpinan DPR. Tidak perlu takut dimusuhi hanya karena mengatakan yang benar. Karena ada nasehat dalam bahasa Arab, qulil haqqa walau kaana murron: katakan yang benar, sekalipun itu pahit.

Tidak mudah memang. Apalagi untuk membantah pimpinan DPR atau menegur media mainstream terbesar dan tertua di Indonesia. Sayapun sedikit maklum sebenarnya. Sebab dalam kehidupan yang begitu dinamis ini, kita pasti punya hubungan dan komunikasi dengan banyak orang. Meski saya pikir kalau memang mau melawan hoax, caranya harus dilawan. Karena kalau tidak, maka hoax tersebut tetap akan dianggap sebagai kebenaran. Buktinya semalam di program Mata Najwa, Riza Patria dari Gerindra juga meyakini bahwa MCA yang ditangkap oleh Polri adalah Ahoker. Padahal kita semua tahu bahwa itu hoax. Tapi kenapa Riza Patria masih menggunakan argumen hoax tersebut? karena mungkin perlawanan kita terhadap hoax belum maksimal. Sehingga fakta yang sebenarnya tidak sampai pada orang Gerindra, atau mungkin si kader Gerindra sudah tahu tapi pura-pura saja tidak tahu karena menganggap masyarakat juga tidak tahu yang sebenarnya.

Sampai di sini mungkin ada yang berpikir dan membela diri bahwa melawan hoax tidak hanya dengan meluruskan dan melawannya, tapi bisa juga dengan sosialisasi serta edukasi. Benar. Tapi bukan berarti mendiamkan hoax yang terstruktur, sistematis dan massif. Toh tagline kita saat ini adalah turn back hoax, yang artinya usir, lawan atau berantas hoax. Begitulah kura-kura.

Alifurrahman
Analyst, Pemikir, Pakar Mantan dan Spesialis Titik-titik

WA: +15068028643
BBM: 74B86AE4”.

(2) https://goo.gl/xN64VC, @TurnBackHoax: “[BENAR] “Penjelasan Terkait Berita Muslim Cyber Army yang Tidak Sesuai Standar” https://t.co/dkBnuhhgrm #LawanHoax”.

(3) https://goo.gl/mKXtFW, “[BERITA] “Tersangka Muslim Cyber Army Diduga Ahokers””.

Berhubungan dengan post sebelumnya di https://goo.gl/KMPBhh, “Irwan menerangkan bahwa seluruh akun milik Lutfi yang diduga digunakan untuk penyebaran berita bohong (hoax) maupun konten berisikan ujaran kebencian telah disita seluruhnya oleh penyidik. Dari yang berhasil diamankan tidak ada akun atas nama @Cak_Luth. “Semua akun Lutfi kita sudah sita, berarti ada orang mengatasnamakan Lutfi berarti ” imbuh Irwan.”

https://goo.gl/ehG7wE“.

(4) https://goo.gl/Mi1L35, Google Image Search: “siberkreasi car free day”.

(5) https://goo.gl/KNZ8tT, daftar mitra komunitas yang tergabung di SiBerkreasi.

(6) https://goo.gl/cwGNCJ, “[KLARIFIKASI] “Dilaporkan ke Polisi karena “Hate Speech”, Pendiri Seword.com Anggap Salah Alamat””.

(7) https://goo.gl/zbFnED, Google Search: “aribowo sasmito seword media opini”.

======

Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/609950726004133/