https://goo.gl/3Qqc1x

“Hoaks Pil Mandul, Biang Keladi Perang Antaragama di Sri Lanka

kumparan NEWS
Rabu 07 Maret 2018 – 17:53

Kerusuhan di Sri Lanka (Foto: Reuters)

Dalam dua pekan terakhir, setidaknya dua wilayah di Sri Lanka memanas. Konflik antaragama pecah. Massa yang beringas menyerang warga Muslim, membakar tempat usaha mereka dan merusak rumah ibadah. Ini bukan kali pertama kekerasan antaragama terjadi di negara Asia Selatan itu. Kali ini, dipicu berita hoaks murahan.

Bermula pada Senin (26/2) di sebuah rumah makan milik warga Muslim bernama A.L. Farsith, di jalan Senanayake, Ampara. Ketika itu, seorang pelanggan mengeluhkan adanya benda kecil aneh di makanan yang disajikan di restoran tersebut. Dia lalu menelepon seseorang, tidak lama kemudian datanglah sekitar 40 pria dari suku Sinhala.

Dalam rekaman video yang viral di Sri Lanka, Farsith dicecar dan diancam oleh orang-orang itu. Pada percakapan tersebut, Farsith mengakui bahwa dia menaruh pil sterilisasi alias pil mandul dalam makanan itu.

Sontak, pengakuan Farsith ini semakin membakar amarah. Restorannya dirusak.

Konflik antaragama di Sri Lanka. (Foto: AFP)

Tapi tidak demikian berdasarkan penelusuran media berbahasa Inggris di Sri Lanka, Sunday Observer. Farsith mengaku saat itu ketakutan, dan tidak mengerti bahasa Sinhala yang diucapkan massa. Ada satu kata yang terngiang, “wandapethi”, yang belakangan dia ketahui artinya pil sterilisasi.

“Bahasa Sinhala saya tidak bagus. Saya tidak pernah mendengar kata ‘wandapethi’ sebelumnya. Saya takut nyawa saya terancam, jadi saya mengangguk dan mengiyakannya,” kata Farsith.

Isu pil mandul sebelumnya telah merebak dan meracuni pikiran warga Sri Lanka. Kabar tersebar, pil ini digunakan orang Muslim untuk membuat warga Buddha tidak bisa beranak pinak, mengurangi jumlah masyarakat mayoritas Sri Lanka.

Tidak hanya pil, alat pemandulan juga muncul dalam banyak bentuk lainnya, seperti yang dikatakan berita dari antah berantah yang disebarkan di media sosial. Ada dalam bentuk bungkus jeli di pakaian, hingga kopi yang diberikan gratis di toko-toko pakaian.

Sebagai catatan, sebagian besar toko pakaian di Sri Lanka dimiliki oleh warga Muslim. Sehingga jika ada konflik komunal, toko-toko pakaian adalah target serangan yang niscaya.

Kerusuhan di Sri Lanka (Foto: Reuters)

Masalah ternyata tidak kelar dengan dihancurkannya restoran Farsith. Isu pil mandul ini menyebar bak virus di seluruh Ampara. Keesokan harinya, warga Buddha Sinhala mengamuk. Mereka menghancurkan masjid dan beberapa kendaraan milik warga Muslim.

Lima orang terluka dalam kekerasan tersebut. Pemerintah langsung menurunkan polisi dan tentara untuk mengendalikan massa. Beberapa hari setelah itu, tentara dikerahkan mengamankan masjid-masjid di Ampara.

Berselang sepekan, pada Minggu (4/3) kekerasan terhadap warga Muslim pecah di Kandy, wilayah selemparan batu sebelah barat Ampara. Di Kandy, kemarahan warga dipicu oleh isu pembunuhan warga Buddha oleh massa Muslim. Padahal itu adalah pertengkaran di jalan raya.

Pemerintah Sri Lanka kemudian menetapkan status darurat militer selama 10 hari dan menerapkan jam malam mulai Selasa pekan ini (6/3). Sedikitnya dua orang dilaporkan tewas dalam konflik tersebut.

Konflik antaragama di Sri Lanka. (Foto: Reuters/Stringer)

Incar Minoritas

Penyerangan terhadap warga Muslim bukan masalah baru di Sri Lanka. Sejak 2012, kelompok Buddha radikal mulai sering melakukan kekerasan terhadap Muslim. Pada 2014, konflik besar terjadi setelah muncul isu penyerangan biksu Buddha oleh warga Muslim.

Akibat konflik ini, 8.000 warga Muslim dan 2.000 warga Buddha Sinhala terpaksa mengungsi. Beberapa masjid dan toko dihancurkan.

Menurut laman berita Sri Lanka, First Post, kelompok Sinhala menuduh warga Muslim -yang jumlahnya 10 persen dari populasi Sri Lanka- ingin membuat umat Buddha pindah ke agama Islam. Tapi serangan tidak hanya mengincar umat Islam, melainkan kelompok agama minoritas lainnya, yaitu umat Kristiani.

Laporan Kongres Muslim Sri Lanka kepada Komisaris Tinggi HAM untuk PBB pada 2013 menunjukkan antara di tahun itu ada 241 serangan terhadap Muslim dan 69 terhadap warga Kristen Sri Lanka.

Yang mengejutkan, laporan menunjukkan setidaknya 118 serangan ini diprovokasi oleh politisi. Paling mengejutkan lagi, kekerasan ini terjadi padahal ada polisi di lokasi kejadian. Artinya, polisi tidak melakukan tugasnya dengan baik.

Konflik antaragama di Sri Lanka. (Foto: Reuters/Stringer)

Hoaks Pil Mandul

Berbagai kekerasan tersebut dipicu oleh kabar yang tidak jelas juntrungannya. Sedikit dipantik dengan api, langsung terbakar seluruh kota.

Seperti pil mandul dalam kasus di Ampara, sama sekali tidak bisa dibuktikan. Baik secara kasat mata maupun secara ilmiah. Ginekologis Dr. U. D. P. Rathnasiri yang dikutip Sunday Observer mengatakan, sampai saat ini tidak ada pil yang bisa bikin seseorang mandul.

Sterilisasi permanen terhadap seseorang, kata dia, hanya bisa dilakukan melalui proses bedah. Sejauh ini hanya ada pil kontrasepsi, tapi sifat pemandulannya sementara.

“Ada metode pengendalian kehamilan sementara dalam jangka pendek atau panjang, dalam bentuk pil, vaksinasi, atau spiral,” kata Rathnasiri.

“Untuk itu (pemandulan permanen) ada metode bedah vasektomi untuk pria dan ligasi tuba untuk wanita. Secara ilmiah, tidak ada pil yang bisa membuat seseorang steril permanen,” lanjut dia lagi.

Hal yang sama disampaikan oleh dokter asal Sri Lanka yang menjadi dosen universitas Melaka Manipal Medical College di Malaysia, Dr. Mohamed Najimudeen.

Najimudeen bahkan menawarkan hadiah 1 juta Sri Lanka rupee atau hampir Rp 90 juta bagi mereka yang bisa membuktikan adanya metode pemandulan permanen dengan pil, makanan, atau jeli untuk pakaian.

Editorial Team”.

======

Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/610931912572681/