“”Kepolisian pastikan informasi penculikan dan penjualan organ tubuh anak-anak yang viral di media sosial adalah hoax. Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta masyarakat untuk tidak termakan isu dan resah terhadap maraknya kabar penculikan anak dan penjualan organ tubuh di media sosial,” demikian imbauan yang ditulis melalui postingan di Instagram.”
“Kabar tersebut sebenarnya hanya salinan dari hoax lama yang pernah beredar. Yaitu kabar temuan enam anak di atas truk pengangkut ayam yang dihentikan di Bukit Kayu Hitam. Daerah tersebut merupakan perbatasan Malaysia dengan Thailand. Broadcast kala itu menyebutkan, tiga di antara enam anak tidak bisa berbicara lagi. Pembuat pesan palsu itu menyebut mereka disuntik bius dan akan dijual ke Thailand. Di negeri tersebut, anak-anak itu akan dibunuh dan organ mereka diambil. Anak-anak itu bahkan sudah dibungkus rapi di dalam kardus. Penyebar hoax menyertakan tiga gambar anak yang dilakban dan dimasukkan ke kardus. Jika ditelusuri, foto tersebut merupakan anak korban pembunuhan yang ditemukan di daerah Kampung Belakang, Jembatan Sahabat, Kamal, Jakarta Barat, pada 2 Oktober 2015. Foto itu kemudian disebar bersama informasi maraknya kasus penculikan anak.”
======
KATEGORI
Hoaks.
======
SUMBER
(1) Pertanyaan dari salah satu anggota FAFHH.
(2) https://goo.gl/1vs97S, sudah dibagikan 3.994 kali ketika tangkapan layar dibuat.
======
NARASI
“mohon perhatian bagi orang tua yg punya anak kecil usia 1-12TH.
info resmi dari kapolri.”
======
REFERENSI
(1) https://goo.gl/MQZgXH, “Polri: Berita “Satu Anak, 5 Miliar” adalah “Hoax”
KONTRIBUTOR MANADO, RONNY ADOLOF BUOL
Kompas.com – 24/03/2017, 14:34 WIB
(gambar tangkapan layar)
Divisi Humas Polri melalui akun resminya di Instagram menyatakan bahwa pemberitaan mengenai penjualan organ tubuh anak-anak adalah bohong. (dok.Instagram)
MANADO, KOMPAS.com – Divisi Humas Polri melalui akun resminya di Instagram menyatakan bahwa pemberitaan mengenai penjualan organ tubuh anak-anak adalah bohong.
“Kepolisian pastikan informasi penculikan dan penjualan organ tubuh anak-anak yang viral di media sosial adalah hoax. Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta masyarakat untuk tidak termakan isu dan resah terhadap maraknya kabar penculikan anak dan penjualan organ tubuh di media sosial,” demikian imbauan yang ditulis melalui postingan di Instagram.
Kapolda Sulut Irjen Bambang Waskito mengatakan bahwa
“Di rumah sakit sudah dicek, tidak ada harga-harga seperti itu. Itu meresahkan masyarakat. Namun demikian, untuk meyakinkan masyarakat, seluruh jajaran sudah saya perintahkan saat bubar anak sekolah, tempat bermain anak di-back up anggota. Saya imbau juga, masyarakat jangan main hakim sendiri kalau ada yang dicurigai,” katanya saat dikonfirmasi di Manado, Jumat (24/3/2017).
Merebak
Kabar soal penculikan dan jaringan penjualan organ tubuh anak-anak itu merebak dalam dua pekan terakhir. Di Sulawesi Utara, pemberitaan beberapa media lokal diprotes banyak orang.
“Berita soal maraknya penculikan anak perlu dipertanyakan, sebab tidak ditemukan data pendukung dan penegas atas simpulan maraknya kejadian itu. Polisi malah belum menemukan satu pun pelaku,” ujar Fidel Malumbot, warga Sitaro.
Di Ranoketang, Minahasa Tenggara, isu penculikan anak dan pasar gelap penjualan organ tubuh telah membuat banyak orang takut.
“Setelah membacanya kami jadi takut. Padahal sebenarnya di kampung ini aman-aman saja,” ujar Lin, warga Ranoketang, Jumat (24/3/2017).
Jurnalis senior di Bitung, Reymond Mudami mengingatkan agar media lebih berhati-hati dalam memberitakan sebuah peristiwa yang belum sahih kebenarannya.
“Judul berita itu gambaran dari isi berita, atau gambaran realitas yang sesungguhnya. Belakangan memang banyak judul berita yang tak sejalan dengan isi berita,” kata Reymond.
Headline sebuah harian lokal di Sulawesi Utara pada beberapa hari lalu menjadi viral dan mengundang perdebatan. Berita itu mengabarkan ikhwal satu anak diculik lalu dijual seharga Rp 5 miliar.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Manado, Yoseph Ikanubun mengingatkan agar jurnalis dan media selalu mendahulukan prinsip-prinsip jurnalistik dalam setiap pemberitaan.
“Isu penculikan anak, jual beli organ tubuh telah menjadi teror bagi publik. Walau memang harus disampaikan soal kewaspadaan atas dugaan kasus itu, tetapi wartawan harus punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab sosial,” jelas Yoseph.
Beberapa hari lalu, Kapolda Sulut juga sudah menepis isu penculikan anak dan penjualan organ tersebut.
“Iya memang ada isu-isu berbagai penculikan di Kota Manado dan sekitarnya yang dilaporkan. Tapi hingga saat ini belum ada yang terbukti kalau itu usaha penculikan,” ujar Waskito.
Namun, Ketua Komda Perlindungan Anak Sulut, Jull Takaliuang mengingatkan agar aparat keamaanan, pemerintah dan masyarakat tetap waspada dan tidak lengah.
“Kita sudah semakin individualistis, tidak lagi saling mempedulikan. Pola hidup materalistis makin menjauhkan kita dari saling menjaga, saling memberi dan saling menolong,” ujar Jull.
Penulis: Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol
Editor: Caroline Damanik”.
——
(2) https://goo.gl/gu6hh7, “HLBK, Hoax Lama Bersemi Kembali
Jawa Pos 11 Aug 2017
BUKAN hanya perasaan cinta yang bisa kembali bersemi. Kabar palsu pun demikian. Misalnya tiga hari lalu (8/8), berita tentang penculikan anak tiba-tiba sudah marak menghiasi media sosial (medsos). Lengkap dengan gambar yang dimuat ulang seperti sebelumnya. Ibu-ibu pun jadi heboh.
Kabar tersebut sebenarnya hanya salinan dari hoax lama yang pernah beredar. Yaitu kabar temuan enam anak di atas truk pengangkut ayam yang dihentikan di Bukit Kayu Hitam. Daerah tersebut merupakan perbatasan Malaysia dengan Thailand.
Broadcast kala itu menyebutkan, tiga di antara enam anak tidak bisa berbicara lagi. Pembuat pesan palsu itu menyebut mereka disuntik bius dan akan dijual ke Thailand. Di negeri tersebut, anak-anak itu akan dibunuh dan organ mereka diambil. Anak-anak itu bahkan sudah dibungkus rapi di dalam kardus.
Penyebar hoax menyertakan tiga gambar anak yang dilakban dan dimasukkan ke kardus. Jika ditelusuri, foto tersebut merupakan anak korban pembunuhan yang ditemukan di daerah Kampung Belakang, Jembatan Sahabat, Kamal, Jakarta Barat, pada 2 Oktober 2015. Foto itu kemudian disebar bersama informasi maraknya kasus penculikan anak.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Kombespol Martinus Sitompul menegaskan bahwa informasi tersebut hoax. ”Sudah pernah menyebar pada 2015,” katanya. Tapi, kabar itu kembali liar pada 2016 dan tahun ini. Mungkin karena rata-rata pengguna medsos hobi membagikan kabar (meski kadang tidak dibaca dulu), hoax itu terus cepat menyebar begitu ada yang mem- package ulang.
Polisi menduga ada yang sengaja menyebarkan informasi tersebut. Hanya, dia belum mengetahui apa motivasinya. ”Kami masih mencari buzzer- nya. Mungkin ada pelanggaran pidana di situ,” jelasnya.
Dari penelusuran Jawa Pos, kabar palsu itu tersebar sejak akhir Juli dari berbagai daerah. Ada yang mengunggah kabar tersebut dari Jakarta, Kalimantan Tengah, juga Jawa Timur. Penyebarannya mirip dengan serangan dari segala penjuru. (idr/eko/gun/c11/fat)”.
——
(3) Post sebelumnya di https://goo.gl/v8iQwD oleh Japs Plixs: “(Info) Hoax Penculikan Anak Diambil Organya Awal dan Perkembanganya”.
——
(4) https://goo.gl/3FAFWL, “Polisi Buru Penyebar Hoax Penculikan dan Penjualan Organ Anak
Marselinus Gual, CNN Indonesia | Kamis, 23/03/2017 22:19 WIB
(foto)
Menurut Martinus, pelaku diduga menyebarkan infomasi hanya untuk menciptakan keresahan di masyarakat. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)
Jakarta, CNN Indonesia — Kepolisian RI memburu pelaku pembuat akun dan penyebar informasi palsu (hoax) soal penculikan anak yang diambil organ tubuhnya. Isu itu ramai diperbincangkan di media sosial.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan polisi sudah mengantongi beberapa akun yang patut diduga sebagai penyebar awal infomasi palsu tersebut.
“Kami melakukan penelusuran dan penelitian terhadap beberapa akun yang sudah kami patut duga menyebarkan. Kami akan melakukan proses penegakan hukum,” ujar Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (22/3).
Dia mengatakan, pihaknya belum mengetahui motif dibalik penyebaran informasi itu. Menurutnya, pelaku diduga menyebarkan infomasi hanya untuk menciptakan keresahan di masyarakat.
“Kami belum sampai di situ. Nanti kalau sudah ditangkap baru diketahui,” katanya.
Setidaknya, kata Martinus, polisi sudah mengantongi 30 laporan penculikan disertai pemotongan tubuh manusia. Dia mengatakan semua laporan itu ternyata hoax dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
“Itu tidak benar sama sekali dan tidak berdasar,” katanya.
Akibat informasi palsu itu, kata Martinus, sekelompok masyarakat terlibat perseteruan dan kasus kekerasan. Laporan tersebut juga telah diterima polisi. Salah satunya laporan soal penangkapan dan pemukulan terhadap penderita gangguan jiwa yang diduga melakukan penculikan anak.
“Ada yang ditangkap sampai dilakukan pemukulan, sampai meninggal di wilayah Banten. Padahal dia tidak melakukan,” kata Martinus.
Sebelumnya, Kepala Kepolisian RI Jendral Tito Karnavian menyebut informasi palsu sengaja dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk kepentingan Pilkada dan melemahkan wibawa pemerintah.
“Jadi mungkin ada pihak ketiga yang sengaja menaikkan isu-isu negatif ini untuk menimbulkan keresahan. Apalagi ada masa Pilkada untuk menakuti masyarakat, mendeklinasi (melemahkan) wibawa Pemerintah,” kata Tito di Mabes Polri.”
======
Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/614581928874346/