Peristiwa di tahun 2015 yang diedarkan kembali: “28/10/2015
Tony Hotland
Jokowi Bawa Humor di Amerika
(foto)
Dengan latar belakang foto ia bersalaman dengan Presiden Barack Obama, Presiden Joko Widodo berbicara dalam forum di Brookings Institution, Washington. (foto: Priyo Pujiwasono)
WASHINGTON DC — Brookings Institution adalah salah satu lembaga kajian Amerika paling terkemuka dan berpengaruh di dunia. Berbagai riset mereka di bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik luar negeri dan pembangunan paling sering dijadikan acuan oleh para pembuat kebijakan.”,
Itu sebabnya, pidato Presiden Joko Widodo di Brookings hari Selasa (27/10) sangat dinantikan kalangan akademisi Amerika yang ingin mengetahui visi dan kebijakan pemerintahannya.”, selengkapnya di poin (1) bagian REFERENSI.

Berkaitan juga dengan artikel yang di tahun tersebut diedarkan dengan judul “Polisi Akan Lacak Komentator Video Dialog Bahasa Inggris Jokowi di Brooking Instute AS”, selengkapnya di poin (5) bagian REFERENSI.

======

KATEGORI
Klarifikasi.

======

SUMBER

(1) Pertanyaan dari salah satu anggota FAFHH.
(2) https://goo.gl/mAZnBf, sudah dibagikan 17.0001 kali per tangkapan layar dibuat.
(3) https://goo.gl/pZmVzG, sudah dibagikan 10 kali per tangkapan layar dibuat (media sosial Google+).

======

NARASI

“SANGKING VIRALNYA ini tulisan MAU DIBLOKIR FACEBOOK

Admin Maret 18, 2018 Berita Utama

Ini tentang seorang pemimpin negara. Di luar negeri. Lelaki yang dengan cepat menduduki satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi. Mulai dari walikota, lalu gubernur, kemudian presiden.

Hanya saja lelaki ini nampak tak paham dengan persoalan negara yang super kompleks. Bahkan untuk mengucapkan sebuah sambutan saja ia butuh pegang teks.

Di sebuah forum internasional di Amerika Serikat, pemimpin negara ini berpidato menggunakan bahasa Inggris dengan aksen tempat ia lahir. Kaku sekali. Tak masalah. Bukankah, tiap negara bahkan tiap daerah punya aksen bahasa sendiri?

Namun, bukan itu intinya. Saat sesi tanya jawab akan berlangsung –yang tentu para penanya akan menggunakan bahasa Inggris– moderator menawarkan penerjemah untuknya. Pemimpin ini menolak. Merasa bisa berbahasa Inggris.

Oke, tanya jawab berlangsung.
Pertanyaan pertama, wartawan asing mengajukan satu soal. Presiden Luar Negeri ini angguk-angguk, seperti paham apa yang ditanyakan.

Setelah soal selesai diajukan, apa yang dilakukan presiden ini benar-benar di luar dugaan. Karena bukannya menjawab sendiri, dia malah bilang,

“I want test my minister to answer your question.”

Para hadirin di forum itu tertawa. Lalu terjadilah komedi internasional.
Tak lama kemudian berdirilah seorang lelaki berjas, dia-lah menteri yang dimaksud. Lantas menjawab apa yang ditanyakan wartawan tersebut.
Selesai. Presiden Luar Negeri ini tersenyum.

Wartawan lain mengajukan pertanyaan kedua untuk Sang Presiden. Sama, menggunakan bahasa Inggris. Seusai pertanyaan dilontarkan, ternyata presiden ini melakukan hal yang sama. Menyuruh menterinya yang jawab, lagi-lagi dengan kata,
“Saya ingin tes lagi, menteri saya bisa jawab atau tidak.” Ia menunjuk menteri lain. Kali ini perempuan. Nampaknya dia adalah menteri luar negeri.

Berbeda dengan yang pertama, kini tak ada tawa dari peserta forum. Para wartawan asing itu terlalu pintar untuk mengerti bahwa ini bukan sekadar komedi. Namun kebodohan.

Pemimpin satu ini tak punya gagasan atas problematika negerinya sendiri. Pemimpin ini menunjukkan kebodohannya di khayalak asing. Kebodohan internasional.

Hari itu, dia tak menjawab satu pun pertanyaan dari wartawan.
Ah, jangankan menjawab pertanyaan berbahasa Inggris. Bahkan untuk mengomentari sebuah film saja sudah membuat kaget seluruh anak negeri,

karena… Karena meski sudut pandang kameranya pas, tapi komentar ngaco. Akhirnya mau tak mau jadi booming.

Baiklah, itu film. Anggap saja mereview sebuah film itu tidak penting. Tak ada hubungannya dengan persoalan negara. Mari kita lihat komentar beliau tentang perekonomian. Tentang sepatu.

Dan ternyata sama saja. Presiden luar negeri ini hanya lebih banyak mengucapkan kata “apa”, hingga seantero negeri jadi mengenangnya sebagai Hari Bingung Sedunia.

Ada yang membela, “Tak penting bisa bicara lancar atau tidak. Yang penting itu kerjanya nyata.”

Baiklah, kita lihat kerjanya. Meski kualitas perkataan berbanding lurus dengan kualitas ilmu dan bacaan seseorang. Makin banyak tahu, artinya ia makin banyak membaca.

Apalagi dia adalah presiden, yang dituntut terus menambah ilmu lewat bacaan berkualitas. Karena permasalahan rakyat bukan hal biasa.

Oke, kita lihat kerjanya. Apa yang dijanjikan olehnya waktu presiden luar negeri ini kampanye, bahwa akan mempersulit tenaga kerja asing masuk dan menomorsatukan tenaga kerja dalam negeri, sudah terwujud?

Atau akan menekan impor dan mendongkrak ekspor sudah terwujud?

Atau perekonomian negeri sudah meroket?

Belum lagi ketidakmampuannya menjadi penengah konflik horizontal rakyat terutama terkait isu SARA.

Mengucap kata Laa Hawla wala quwwata illa billah, malah jadi, La kola waka talah bi illah. Walau begitu dia masih percaya diri mengimami sholat, bahkan mempostingnya di medsos.

Negeri sebesar itu, dipimpin oleh orang yang tak punya gagasan sendiri dalam menahkodai sebuah negara. Ia seperti orang linglung bila bicara tanpa teks.

Ia hanya menyampaikan gagasan ‘sang penulis teks’ dan kepentingan orang-orang di belakangnya.

Ratusan ribu, bahkan ada jutaan anak bangsa di negara itu yang jauh lebih baik, lebih kompeten, lebih teruji, lebih berilmu, lebih berprestasi, yang insyaAllah bisa membawa negara itu jauh lebih baik.

Tapi kenapa dapatnya cuma pemimpin yang suka menunjukkan kebodohannya di muka umum.

Meski begitu, kabarnya presiden luar negeri ini pede menyalonkan diri lagi. Anehnya, masih banyak yang mendukungnya walau kemampuan dia tak layak untuk memimpin negeri se-luar biasa itu.

Ah, untung aku tidak berada di negara itu. Itu kan kejadian di luar negeri. Alhamdulillah.

***
Bangkalan, 18 Maret 2018
Fitrah Ilhami

(Tulisan yang sangat menusuk ini sudah dilaporkan ribuan akun kecebong supaya diblokir)”.

======

REFERENSI

(1) https://goo.gl/o8xbtC, “28/10/2015

Tony Hotland

Jokowi Bawa Humor di Amerika

(foto)
Dengan latar belakang foto ia bersalaman dengan Presiden Barack Obama, Presiden Joko Widodo berbicara dalam forum di Brookings Institution, Washington. (foto: Priyo Pujiwasono)

WASHINGTON DC — Brookings Institution adalah salah satu lembaga kajian Amerika paling terkemuka dan berpengaruh di dunia. Berbagai riset mereka di bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik luar negeri dan pembangunan paling sering dijadikan acuan oleh para pembuat kebijakan.

Itu sebabnya, pidato Presiden Joko Widodo di Brookings hari Selasa (27/10) sangat dinantikan kalangan akademisi Amerika yang ingin mengetahui visi dan kebijakan pemerintahannya.

Untung bagi para peserta yang sudah menunggu sejak pukul sembilan pagi, Presiden Jokowi tidak basa-basi dan langsung memulai presentasinya dalam bahasa Inggris dengan membahas de-regulasi ekonomi.

Beragam isu lain disinggung Jokowi, mulai dari kebakaran hutan dan komitmen perlindungan lingkungan, Islam, pasukan penjaga perdamaian hingga demokrasi, generasi muda Indonesia dan peran media sosial.

Tapi para peserta acara itu tidak hanya menyaksikan presentasi visi dan kebijakan pemerintahan Jokowi. Mereka juga menyaksikan sisi humoris Jokowi.

“Hanya dengan demokrasi, rakyat bebas memilih pemimpin mereka. Tanpa demokrasi, tidak ada Presiden Joko Widodo … (Orang Indonesia) boleh nge-tweet,” katanya, disambut tawa lepas hadirin.

“Demokrasi di Indonesia menjamin kebebasan menyatakan pendapat … dan juga kebebasan setelah menyatakan pendapat,” ujarnya disambut senyuman moderator Richard Bush, direktur kajian Asia Timur di Brookings.

Jokowi kembali berhumor dalam sesi tanya jawab. Ketika ditanya apa yang bisa dilakukan investor asing agar mudah menanam modal di Indonesia, Jokowi menjawab, “Saya ingin menguji pengetahuan menteri saya. Jadi coba ditanggapi pak menteri, tapi jangan lebih panjang dari pidato saya.”

Menteri Perdagangan Thomas Lembong langsung berdiri dan menanggapi instruksi itu.

Usai jawaban Lembong, moderator Richard Bush bergurau, “Pak Presiden, saya kagum dengan kemampuan Anda sebagai pemimpin. Anda tahu bagaimana melimpahkan tanggungjawab tanpa menyerahkan kekuasaan.”

Jokowi mengulanginya ketika ditanya tentang prospek hubungan masyarakat madani Amerika-Indonesia. “Saya ingin mengetes lagi menteri saya, kali ini menteri luar negeri. Tolong dijawab,” ujar Jokowi sambil tersenyum dan kembali mengundang tawa hadirin. [th/ds]”

——

(2) Tautan ke video acara yang dipublikasikan di Youtube: https://goo.gl/FwNQ6K, “A conversation with President Joko Widodo of Indonesia

Brookings Institution
Published on Oct 27, 2015

On October 27, the Center for East Asia Policy Studies at Brookings will host President Joko Widodo of Indonesia for a discussion on the role of Indonesia in the changing world, focusing on economic opportunities and reforms, geopolitics, ASEAN, and international commitments.

Indonesia in the changing world: A conversation with President Joko Widodo of Indonesia

Subscribe! http://www.youtube.com/subscription_center?add_user=BrookingsInstitution

Follow Brookings on social media!
Facebook: http://www.Facebook.com/Brookings
Twitter: http://www.twitter.com/BrookingsInst
Instagram: http://www.Instagram.com/brookingsinst
LinkedIn: https://www.linkedin.com/com/company/the-brookings-institution“.

——

(3) https://goo.gl/bzLFQz, “Respons Istana Soal Dialog Jokowi di Amerika Jadi Guyonan Netizen

Rico Afrido Simanjuntak
Rabu, 4 November 2015 – 21:01 WIB

(foto)
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung. (SINDOphoto)

JAKARTA – Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung enggan menanggapi guyonan netizen terhadap video berdialog bahasa Inggris yang menghadirkan Presiden ‎Joko Widodo (Jokowi) dalam sebuah forum di Brookings Institution Amerika.

Menurut dia, Polri yang memiliki kewenangan untuk menyikapi adanya komentar yang mengolok-olok Presiden Jokowi di media sosial, maupun di situs Youtube tersebut.

“Ya itu domainnya di kepolisian, mereka yang tahu, tapi yang jelas nama-nama itu sudah diketahui‎,” ujar Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/11/2015).

Seperti diketahui, sebuah dialog itu beredar di situs Youtube berdurasi 5,47 menit dan dipublikasikan oleh MandongTV, pada 31 Oktober 2015.

Dalam video di Youtube itu, Presiden Jokowi meminta Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi dan Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong untuk menjawab pertanyaan peserta forum.

Melihat video tersebut, sejumlah netizen berkomentar. Umumnya mereka memberi tanggapan negatif atas apa yang disajikan di video itu.

(kri)”.

——

(4) https://goo.gl/ehLDns, “Pengamat: Demokrasi telah Dihentikan oleh Jokowi yang Bukan Tokoh Reformasi

(foto)
Joko Widodo (kompas)

intelijen – Pengamat politik Sahirul Alem menyesalkan rencana kepolisian yang akan menyeret pihak-pihak yang ikut mengomentari video dialog bahasa Inggris Presiden Joko di Brookings Institution Amerika yang diunggah di situs Youtube.

“Kurang kerjaan saja, jika aparat kepolisian menyasar orang-orang yang mengomentari video Jokowi di Youtube tersebut. Polisi kabarnya akan melacak ip adress akun-akun yang memberikan komentar di ‘kolom’ video itu,” ungkap Sahirul Alem kepada intelijen (05/11).

Menurut Alem, jika pada akhirnya ada yang ditangkap gara-gara komentar di kolom Youtube video dialog Jokowi, semakin jelas bahwa penguasa memang tidak mau dikritik. “Ini sudah mengalami kemundurun demokrasi. Demokrasi yang dibangun berdarah-darah dihentikan oleh seorang Jokowi yang bukan tokoh reformasi,” ungkap Alem.

Kata Alem, selama Orde Baru, Jokowi itu bukan tokoh pergerakan maupun aktivis mahasiswa. “Jokowi hanya dibesarkan oleh media. Pemimpin instan, tetapi ketika dikritik Jokowi mulai membungkam. Itulah ciri-ciri pemimpin instan,” ungkap Alem.

Sebelumnya, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menyerahkan ke kepolisian netizen yang mengkritik dialog bahasa Inggris Presiden Joko Widodo di Brookings Institution AS.

“Ya itu domainnya di kepolisian, mereka yang tahu, tapi yang jelas nama-nama itu sudah diketahui‎,” ujar Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/11).

Video dialog Jokowi yang berdurasi 5,47 menit itu dipublikasikan oleh MandongTV, pada 31 Oktober 2015. Dalam video di Youtube itu, Presiden Jokowi meminta Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi dan Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong untuk menjawab pertanyaan peserta forum.

Melihat video tersebut, sejumlah netizen berkomentar. Umumnya netizen memberi tanggapan negatif atas apa yang disajikan di video itu.

Red”.

——

(5) https://goo.gl/aMWMp6, eramuslim.com: “Polisi Akan Lacak Komentator Video Dialog Bahasa Inggris Jokowi di Brooking Instute AS”. Isi artikel menyalin dari situs poin (4) di atas.

======

Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/616459605353245/