SUMBER
https://goo.gl/FDt9Jg

PENJELASAN
“Klarifikasi AJI soal “Berita Puisi Esai”
2 Feb 2018 10:49 am oleh: Abdul Manan
Kantor berita Antara membuat berita berjudul “AJI: Puisi esai tonggak baru sastra Indonesia”, dengan logo AJI sebagai ilustrasi fotonya, pada 30 Januari 2018. Berita itu memicu banyak pertanyaan kepada pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) soal apakah memang ada pernyataan seperti itu.
Kami memastikan bahwa AJI tidak pernah membuat pernyataan sikap yang berhubungan dengan perdebatan publik soal “puisi esai’. Kami merasa tak ada kebutuhan membuat pernyataan soal itu. Sebagai organisasi jurnalis, AJI memiliki fokus pada tiga tema besar: kebebasan pers dan berekspresi; profesionalisme jurnalis; dan kesejahteraan pekerja media.
Kalau melihat isi beritanya, soal puisi esai itu adalah pernyataan pribadi Satrio Arismunandar. Dia memang salah satu deklarator AJI, tapi pernyataannya tak bisa disebut sebagai sikap AJI. Karena itu AJI menilai judul berita itu tidak akurat karena menjadikan sikap pribadi Satrio dianggap sebagai sikap organisasi. Pemakaian foto AJI juga tak relevan karena pandangan itu bukan sikap organisasi.
Sebagai organisasi jurnalis, kami akan menggunakan mekanisme yang tersedia dalam Undang Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik menyikapi berita yang tidak akurat seperti itu. Pasal 11 Kode Etik Jurnalistik menegaskan, “Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.”
Selain itu kami juga mengimbau kepada publik untuk bijak dan lebih cerdas mengkonsumsi media. Untuk memahami apa susbstansi berita, bacalah isinya, jangan hanya judulnya. Membaca isi, selain judul berita, sama pentingnya agar kita memahami substansi beritanya dan tidak terkecoh oleh judul yang bisa saja tidak akurat.
Jika ada informasi lebih lanjut yang ingin ditanyakan, silakan kontak:
Ketua Umum AJI, Abdul Manan 0818-948-316
Sekjen AJI, Revolusi Riza 0813-3089-0467″.

REFERENSI
(1) https://goo.gl/Fsx6tp, “apakah AJI sudah dibeli oleh DJA ya???? ckckckck….
colek Bram Setiawan, Rofiqi Hasan, Tan Lioe Ie, Dwija Putra, Kadek Surya Kencana, Made Adnyana Ole
Jakarta (ANTARA News) – Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Satrio Arismunandar menyebut angkatan puisi esai sebagai tonggak baru sastra Indonesia yang berbeda dengan angkatan sastra sebelumnya.
“Angkatan puisi esai ingin mengembalikan puisi kepada masyarakat dan yang bukan penyair boleh ambil bagian,” kata Satrio dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa.
Satrio menyadari bukan penyair namun telah menulis buku soal korupsi dalam bentuk puisi esai seperi halnya seorang dosen, aktivis atau peneliti yang sudah menulis maupun membuat buku dalam bentuk puisi esai.
Menurut Satrio, kontroversi kemunculan puisi esai pada Januari 2018 akan terus berlanjut yang dipicu mometum penerbitan 34 buku puisi esai dari 34 provinsi seluruh Indonesia.
Karya puisi esai dari seluruh provinsi itu ditulis 170 penyair, penulis, aktivis, peneliti dan jurnalis dari Aceh hingga Papua.
Penerbitan kelahiran angkatan baru puisi esai di Indonesia itu memunculkan pro dan kontra dari sejumlah penyair dan sastrawan.
Beberapa sastrawan membuat petisi penolakan terhadap program “Penulisan Buku Puisi Esai Nasional” yang digagas Denny Januar Ali (Denny JA).
Berdasarkan informasi petisi penolakan itu telah didukung 549 orang dengan alasan program puisi esai tersebut telah membuat “penggelapan sejarah, pembodohan, pengeliruan definisi ilmiah dan segala praktik manipulatif lain dalam kesusastraan Indonesia”.
Namun Satrio menyatakan seseorang bebas berkarya dan mengklaim pada era demokrasi sehingga masyarakat yang menilai.
Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018″.
.
(2) https://goo.gl/v3KXFN, “Puisi esai; tonggak baru sastra Indonesia
Selasa, 30 Januari 2018 21:29 WIB
ilustrasi
Jakarta (ANTARA News) -Angkatan puisi esai adalah tonggak baru sastra Indonesia yang berbeda dengan angkatan sastra sebelumnya, kata wartawan senior Satrio Arismunandar dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa.
“Angkatan puisi esai ingin mengembalikan puisi kepada masyarakat dan yang bukan penyair boleh ambil bagian,” kata Satrio, yang juga pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) .
Satrio mengemukakan dirinya bukan penyair namun telah menulis buku soal korupsi dalam bentuk puisi esai seperi halnya seorang dosen, aktivis atau peneliti yang sudah menulis maupun membuat buku dalam bentuk puisi esai.
Menurut Satrio, kontroversi kemunculan puisi esai pada Januari 2018 akan terus berlanjut yang dipicu mometum penerbitan 34 buku puisi esai dari 34 provinsi seluruh Indonesia.
Karya puisi esai dari seluruh provinsi itu ditulis 170 penyair, penulis, aktivis, peneliti dan jurnalis dari Aceh hingga Papua.
Penerbitan kelahiran angkatan baru puisi esai di Indonesia itu memunculkan pro dan kontra dari sejumlah penyair dan sastrawan.
Beberapa sastrawan membuat petisi penolakan terhadap program “Penulisan Buku Puisi Esai Nasional” yang digagas Denny Januar Ali (Denny JA).
Berdasarkan informasi petisi penolakan itu telah didukung 549 orang dengan alasan program puisi esai tersebut telah membuat “penggelapan sejarah, pembodohan, pengeliruan definisi ilmiah dan segala praktik manipulatif lain dalam kesusastraan Indonesia”.
Namun Satrio menyatakan seseorang bebas berkarya dan mengklaim pada era demokrasi sehingga masyarakat yang menilai.
Update : perbaikan judul 10.00WIB 02/02/2017
Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018″.

CATATAN
Klarifikasi ini menanggapi status Facebook di poin (1) dan pemberitaan di poin (2) di bagian REFERENSI, judul sudah dirubah dari “AJI : Puisi esai tonggak baru sastra Indonesia” menjadi “Puisi esai; tonggak baru sastra Indonesia” per post ini dipubliksikan.

Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/594521217547084/