“Jawa Pos 15 Feb 2018
WAHYU KOKKANG/JAWA POS
TRAGEDI penyerangan di Gereja Santa Lidwina Bedog, Sleman, berkembang menjadi kabar hoax. Nama ormas Muhammadiyah digunakan untuk menyebar informasi palsu tentang pelaku penyerangan. Katanya, pelaku penyerangan adalah jemaat gereja itu sendiri yang bermasalah dengan pastornya.
Hoax itu menyebar ke media sosial lewat gambar screenshot perbincangan di WhatsApp. Pembuat hoax mengatakan mendapat informasi dari PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) Gamping, Sleman, bahwa pelaku penyerangan merupakan jemaat Gereja Santa Lidwina. ’’Jamaah sendiri yang memiliki masalah dengan pastornya,’’ tulis si pembuat hoax.
Untuk lebih menguatkan informasi palsu itu, pembuat hoax mengatakan bahwa pengurus PCM Gamping bertetangga dengan para pastor. ’’Sebab, di Gamping ada gereja dan perumahan pastornya. Info dari Kang Iman Sumarlan, PCM Gamping,’’ tulis pesan tersebut.
Pesan itu tentu rentan menimbulkan konflik SARA. Sebab, polisi telah memastikan bahwa pelaku yang bernama Suliono merupakan penganut paham radikal dan pro kekerasan. Pelaku asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu pernah terdeteksi mengikuti kegiatan radikal di Poso (Sulawesi Tengah) dan Magelang.
PCM Gamping langsung membuat surat klarifikasi atas pesan yang beredar itu. Dalam surat bernomor 03/IV.0/A/2018 tersebut, ditegaskan bahwa PCM Gamping tidak tahu-menahu dengan screenshot percakapan WhatsApp yang mencatut nama lembaganya.
Nama Iman Suparlan yang disebut dalam pesan itu juga bukan pimpinan maupun anggota PCM Gamping. Surat tersebut ditandatangani Ketua PCM Gamping Samino Sintawibawa dan Sekretaris PCM Muhaimin. Jawa Pos juga berusaha meminta konfirmasi kepada Muhaimin terkait kebenaran surat tersebut melalui sambungan telepon. ’’Ya, surat itu memang kami yang membuat klarifikasi,’’ ujar Muhaimin.
Dari penelusuran Jawa Pos, akun media sosial yang intens menggoreng tragedi Gereja Santa Lidwina sebagai bahan hoax adalah akun Instagram Tayyocan (instagram.com/tayyocan). Selain menyebarkan kabar hoax dari PCM Gamping, akun tersebut menyiarkan informasi palsu bahwa pelaku merupakan kader Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj. Bukan hanya itu, akun tersebut juga berupaya membangun opini bahwa Kapolri Tito Karnavian tebang pilih dalam menangani perkara penganiayaan.”

REFERENSI
(1) https://goo.gl/VWrQ9w, Jawa Pos: “Sebar Kabar Palsu Pakai Nama Muhammadiyah”.
(2) Edaran klarifikasi dari PCM Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta.
(3) Pertanyaan salah satu anggota FAFHH.

Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/600963420236197/