“Sudah sesuai dengan SOP, perencanaan, lelang, dan di-review Irwasum dan BPKP sampai pengadaan dan pembelian pihak ketiga sampai Indonesia,” ujar Setyo. Setyo mengatakan polisi sudah mengkonfirmasi soal impor senjata ke Bais TNI. “Barang tersebut masuk ke Soekarno-Hatta dan sudah memberi tahu dan konfirmasi Bais TNI,”
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
PENJELASAN
Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan berita mengenai POLRI yang membeli senjata api dan amunisi secara impor dalam jumlah yang sangat banyak. banyak warganet yang mempertanyakan tujuan POLRI mengimport senjata tersebut, salah satunya seperti postingan dibawah ini.
Menanggapi pemberitaan yang ramai di media, Polri membenarkan adanya impor senjata untuk Korps Brimob yang saat ini masih berada di Bandara Soekarno-Hatta. Selain senjata, Polri mengimpor sekitar 5.000 butir peluru.
“Apa yang kita masukkan sudah sesuai dengan manifes. Saya yang tanda tangan dan ditujukan kepada Bais TNI. Ada peluru juga, jumlahnya 5.932 peluru,” ujar Kakor Brimob Irjen Murad Ismail dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel, Sabtu (30/9/2017).
Sementara itu, jenis senjata yang diimpor dari PT Mustika Duta Mas adalah Arsenal Stand Alone Grand Launcher (SAGL). Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan pemesanan senjata disebut sudah sesuai prosedur.
“Sudah sesuai dengan SOP, perencanaan, lelang, dan di-review Irwasum dan BPKP sampai pengadaan dan pembelian pihak ketiga sampai Indonesia,” ujar Setyo.
Setyo mengatakan polisi sudah mengkonfirmasi soal impor senjata ke Bais TNI. “Barang tersebut masuk ke Soekarno-Hatta dan sudah memberi tahu dan konfirmasi Bais TNI,” jelas Setyo.
Sementera itu, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menjelaskan tentang pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo terkait isu impor 5.000 senjata ilegal. Wiranto membantah isu tersebut.
Dia menjelaskan, informasi yang benar yaitu pengadaan 500 pucuk senjata laras pendek buatan Pindad oleh Badan Intelijen Negara (BIN) untuk keperluan pendidikan intelijen.
“Saya sudah panggil Panglima TNI dan Polri. Ini hanya masalah komunikasi yang tidak tuntas terkait pembelian senjata itu. Setelah saya tanya, saya cek, ini adalah pembelian 500 pucuk senjata dari Pindad untuk sekolah intelijen,” kata Wiranto di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Minggu (24/9).
Menurut Wiranto, informasi dari Panglima TNI tentang institusi di luar TNI dan Polri yang akan membeli 5000 pucuk senjata standard TNI, tidak pada tempatnya dihubungkan dengan eskalasi kondisi keamanan.
Dia meminta masyarakat tak perlu khawatir soal isu yang beredar di media sosial terkait pembelian 5.000 senjata ilegal. Wiranto menegaskan telah menutup kasus ini dan tak perlu memperbesar masalah yang dapat mengganggu stabilitas nasional.
“Isu ini saya tutup karena tidak perlu dikhawatirkan untuk beli senjata hingga 5.000 pucuk. Ini tidak perlu dikhawatirkan. Publik tidak perlu khawatir,” katanya.