Hasil Periksa Fakta Renanda Dwina Putri (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Pendidikan Indonesia)

Informasi yang salah. Faktanya, Roberto Nevilis merupakan tokoh fiktif. Sedangkan sistem PR yang ada hingga saat ini dipelopori oleh Johann Gottlieb Fichte, seorang filsuf Jerman.

Selengkapnya di bagian penjelasan.

====

Kategori: Konten yang Menyesatkan

====

Sumber: Instagram
https://archive.fo/kjud0

====

Narasi:

“Pekerjaan rumah atau yang sering disebut PR memang menjadi momok bagi kamu yang masih bersekolah.

Pekerjaan rumah memang digunakan oleh para guru kepada muridnya agar para murid mau untuk belajar di rumahnya masing-masing.

Namun, untuk murid, pekerjaan rumah dirasa sangat membebani. Apalagi setelah seharian menghabiskan waktu di sekolah.

Yang biasanya ingin dilakukan saat sekolah usai adalah bermain bersama teman-teman, menonton acara TV kesukaan, atau bermain gadget dan game.

Roberto Nevilis, seorang pria asal Italia menciptakan sistem PR pertama kali di dunia pada tahun 1905 untuk murid-muridnya di Venicie, Italia.” […] (narasi dilanjutkan di bagian Catatan setelah Referensi)

====

Penjelasan:

Akun Instagram FAKTA WOW & BERITA INDONESIA (@wowfakta) mengunggah foto dengan narasi yang menjelaskan bahwa Roberto Nevilis, seorang pria asal Italia, menciptakan sistem PR (Pekerjaan Rumah) untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1905 untuk murid-muridnya di Venice, Italia. Unggahan yang diunggah pada 1 November 2018 itu telah disukai sebanyak 70,703 kali.

Berdasarkan hasil penelusuran, klaim akun Instagram @wowfakta mengenai Roberto Nevilis, penemu sistem PR untuk pertama kali di dunia salah. Mengutip dari Through Education, Roberto Nevilis adalah tokoh fiktif atau tidak ada keberadaannya. Sistem PR yang ada hingga saat ini dipelopori oleh Johann Gottlieb Fichte, seorang filsuf Jerman yang dikenal sebagai bapak pendiri nasionalisme Jerman.

Pada tahun 1814, Prusia (nama kerajaan Jerman pada saat itu) mengalami masalah dalam membangkitkan nasionalisme di warganya yang membuat Johann Gottlieb Fichte datang dengan konsep Volksschule dan Realschule. Volksschule adalah sistem pendidikan wajib sembilan tahun yang mirip dengan sekolah dasar dan menengah pertama, sedangkan Realschule adalah sistem sekolah menengah yang diperuntukkan bagi para bangsawan. Siswa yang bersekolah di Volkschule akan mendapatkan PR untuk menunjukkan kekuatan bangsa pada rakyat jelata dan membangkitkan rasa nasionalisme.

Sistem ini perlahan-lahan diadopsi di seluruh Eropa, kecuali Finlandia yang menolak untuk membebankan pekerjaan rumah pada siswa. Sistem PR juga diadaptasi ke dalam sistem pendidikan Amerika setelah Horace Mann, sekretaris Dewan Pendidikan Massachusetts, pergi ke Eropa dan mengunjungi sekolah-sekolah di Prusia pada tahun 1843.

Dengan demikian, unggahan akun Instagram FAKTA WOW & BERITA INDONESIA (@wowfakta) mengenai Roberto Nevilis, penemu sistem PR untuk pertama kali di dunia dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan karena Sistem PR yang ada hingga saat ini dipelopori oleh Johann Gottlieb Fichte, seorang filsuf Jerman dan Roberto Nevilis merupakan tokoh fiktif.

====

Referensi:

https://www.througheducation.com/debunking-the-myth-of-roberto-nevilis-who-really-invented-homework/

https://marketbusinessnews.com/myth-roberto-invented-homework/235125/#

====

Catatan:

(Narasi lanjutan dari unggahan tersebut sebagai berikut) […] “Sistem PR diciptakan oleh Robert karena melihat murid-muridnya adalah anak dari para orang tua yang mampu secara ekonomi.

Selain itu, para murid yang memiliki waktu luang sangat banyak setelah pelajaran di sekolah dan para siswa yang sering melakukan pelanggaran terhadap peraturan sekolah.

Robert lalu berpikir untuk memberikan sebuah pelajaran tambahan sekaligus hukuman bagi para muridnya.

Saat ada murid yang melanggar aturan, Robert akan langsung memberikan sitem PR yang semakin banyak.

Sisi baiknya, Robert berharap agar para siswanya lebih memahami pelajaran yang diberikan.

Faktanya, PR membuat para muridnya menjadi lebih rajin, meningkatkan keterampilan, melatih kemandirian, dan menambah kreativitas.

Melihat dari sejarah kemunculannya, PR sangat jarang ada prakteknya di semua tempat sampai pada abad ke-20.

Seiring berjalannya waktu, sistem PR ini lalu menjalar ke setiap sekolah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sumber: hitekno.com
Foto: portalsains.org

#hukum #siswa #italia”